Pengemudi Pelat Hitam Nilai Ganjil-Genap Mudah Disiasati

JAKARTA — Kalangan sopir angkutan jalan pelat hitam menilai kebijakan ganjil genap (gage) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak akan efektif karena mudah disiasati pengendara.

“Biasanya saya ‘kucing-kucingan’ sama polisi atau petugas Dishub di area ganjil-genap pada jam sibuk,” kata sopir angkutan jalan pelat hitam, Dedi Undi (47), di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Selasa pagi (13/8/2019).

Dedi bersama sekitar 50 rekan seprofesi rutin mengangkut penumpang dari kalangan pekerja kantoran di Kota Bekasi, Jawa Barat, menggunakan mobil pribadi dari Simpang Galaxy, Kota Bekasi menuju kawasan Blok M, Kuningan, Grogol, MH Thamrin.

Pemberlakukan rekayasa lalu lintas ganjil-genap yang berlaku di lintasan Tol Jakarta-Cikampek, disiasati Dedi dengan mengambil jalur alternatif Jalan Kalimalang-Cawang dengan ongkos Rp22.000 per penumpang.

“Kalau sudah sampai di kawasan Otista jalur Cawang-Tanjung Priok pada jam operasional ganjil-genap, saya biasanya lihat situasi dulu. Kalau ada petugas, ya saya parkir dulu di tempat aman,” katanya.

Sopir angkutan jalan pelat hitam lainnya, Sudiman (65), memiliki pengalaman ditilang petugas di lintasan ganjil-genap.

“Kalau lagi apes-apesnya (ketangkap petugas), paling saya kasih Rp100.000 terus dilepas,” ujar pensiunan Perusahaan Umum Pengangkut Penumpang Djakarta (PPD) itu.

Sudiman menyebut, tidak semua petugas lalu lintas di Jakarta saat ini mau disuap uang oleh oknum pengendara.

“Petugas yang galak itu biasanya di daerah perbatasan dengan DKI Jakarta. Kalau di kawasan Pramuka, Cempaka Putih, Menteng, petugasnya tidak terlalu galak. Yang galak itu di kawasan perbatasan DKI,” katanya.

Lihat juga...