Pemberdayaan Warga Sekitar Obwis Tingkatkan Pendapatan
Editor: Koko Triarko
Selain sampah plastik, sejumlah limbah kayu juga bisa dibentuk menjadi seni kriya. Misalnya, asbak yang memiliki nilai estetis, kursi dan meja. Sebab, sampah kayu kerap melimpah di sejumlah pantai hanya untuk dibakar.
Sampah lain yang kerap muncul di antaranya kulit kerang yang bisa dijadikan berbagai kerajinan. Ia mengaku masih terus membuka kesempatan bagi Pokdarwis yang ingin belajar dan menanfaatkan peluang sampah sebagai pendorong ekonomi kreatif.
Purwanti, anggota Pokdarwis Minang Rua, Bakauheni, menyebut usai mendapat pelatihan ia memilih memanfaatkan sampah. Sebelumnya sampah botol minuman hanya dijual, kini sejumlah barang bermanfaat bisa diciptakan. Sejumlah barang di antaranya keranjang buah dan tutup gelas yang memiliki nilai jual. Meski hasilnya belum maskimal, namun potensi ekonomi kreatif berbahan sampah akan terus dibuat olehnya sebagai anggota Pokdarwis.
“Sembari berjualan di warung pada objek wisata saya membuat kerajinan berbahan sampah plastik, hasilnya bisa dijual,” ujar Purwanti.
Sementara itu, Yodistira Nugraha, ketua komunitas peduli wisata (Pelita) Lamsel, mengatakan, ekonomi kreatif bisa diciptakan oleh pengelola objek wisata dengan adanya pelatihan. Sebagai komunitas yang peduli wisata di Lamsel, ia mendorong agar Pokdarwis memiliki kreativitas untuk menghasilkan uang dari objek wisata.
Selain menjual keindahan, dari pengolahan sampah Pokdarwis bisa mendapatkan sumber pendapatan baru. Sebab, selama ini Pokdarwis hanya mengandalkan pemasukan dari tiket masuk dan penyewaan fasilitas.
Melalui pemberdayaan Pokdarwis, ekonomi masyarakat di sekitar objek wisata akan tumbuh. Terlebih di sebagian destinasi bahari Lamsel masih belum pulih sepenuhnya akibat tsunami 22 Desember 2018.