Kemarau, Produksi Pisang di Lamsel Menurun
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
LAMPUNG — Kemarau yang melanda sebagian wilayah Lampung Selatan (Lamsel) dalam beberapa waktu terakhir cukup memberikan pengaruh terhadap petani pisang. Mulai dari produktivitas menurun hingga ukuran yang lebih kecil dari biasanya.
Jumad, petani setempat menyebutkan, saat musim panen musim kemarau (gadu) pisang yang dipanen bahkan hanya masuk kelas ramesan. Jenis asalan dengan jumlah buah pada tandan lebih sedikit.
Pada kondisi normal hasil panen bisa dalam tiga kelas yakni super, sedang dan pisang ramesan.
“Kelas super dijual dengan harga lebih mahal,” sebutnya saat ditemui Cendana News, Kamis (26/8/2019).
Jenis yang ditanam pada kebun miliknya meliputi kepok, tanduk, raja, ambon lumut, raja nangka serta muli. Semua jenis tersebut dijual dengan sistem timbangan.
Saat penghujan warga Desa Padan, Kecamatan Penengahan bisa menjual pisang berkualitas super. Jenis kepok dijual dengan harga Rp5.000 per kilogram, dan jenis lain dijual dengan harga rata-rata Rp3.000 per kilogram. Sementara jenis muli hanya dijual Rp1.000 per kilogram.
“Saat kemarau semua jenis pisang dominan masuk kelas ramesan dengan harga Rp1.000 per kilogram,” sebutnya.
Kualitas dan kuantitas saat kemarau langsung bisa terlihat secara kasat mata sehingga tidak bisa masuk kelas sedang dan super.
“Dominan masuk ramesan dengan bobot menurun,” ungkap Jumad.

Suyatno, petani Desa Pasuruan yang memilih menanam jenis ambon lumut, raja dan muli. Ketiga jenis pisang itu menurut Suyatno memiliki kualitas yang bagus sebagai buah segar. Namun saat kemarau kualitas buah dengan ukuran yang lebih kecil atau masuk kelas ramesan. Meski masuk kelas ramesan ia masih bisa menjual puluhan kilogram setiap pekan.