UNEJ Gelar Seminar Bahas Produk Pertanian Bioteknologi

Editor: Koko Triarko

Ditemui seusai pembukaan seminar, Prof. Bambang Sugiharto, ketua panitia kegiatan, mengatakan, saat ini masih ada kekhawatiran di kalangan masyarakat akan bahaya yang mungkin ditimbulkan bagi kesehatan manusia, maupun keamanan lingkungan dari Produk Rekayasa Genetika atau PRG untuk tujuan pemenuhan kebutuhan pangan, maupun sebagai bahan tanam pada usaha budi daya pertanian.

“Keraguan akan keamanan tanaman PRG akan tetap ada selama jaminan keamanan masih belum bisa diberikan. Karena itu, hasil seminar kali ini sekaligus menjadi bahan untuk memberikan literasi bioteknologi dan PRG bagi masyarakat umum,” tutur Prof. Bambang Sugiharto, yang juga Ketua CDAST Universitas Jember, Rabu (10/7/2019).

Jaminan akan keamanan produk hasil bioteknologi termasuk PRG, diungkapkan oleh Roy Sparingga, anggota Komisi Keamanan Hayati PRG yang menjadi salah satu pembicara.

Menurutnya, Komisi Keamanan Hayati PRG mengawasi semua produk rekayasa genetika yang beredar di Indonesia dengan ketat, baik dari keamanan pangan, pakan dan lingkungan, sehingga meminimalkan efek negatif yang mungkin ada.

“Dan, sebenarnya produk rekayasa genetika sudah masuk ke Indonesia sudah lebih dari dua puluh tahunan, semisal kedelai yang berasal dari Amerika Serikat yang digunakan sebagai bahan tempe dan tahu. Dan, selama ini aman dikonsumsi,” ungkap mantan kepala BPOM, ini.

Bioteknologi sebagai salah satu antisipasi akan kekurangan pangan disampaikan juga oleh Winarno Tohir, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Indonesia. Menurutnya, lahan pertanian di Indonesia makin menyusut, namun di sisi lain ada lahan potensial yang menunggu digarap.

Lihat juga...