Melihat Prosesi Jamasan di Museum Pusaka TMII

Editor: Mahadeva

JAKARTA – Menyambut Tahun Baru Islam, banyak masyarakat yang menitipkan keris di Museum Pusaka Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk mengikuti jamasan pusaka.

Kepala Seksi Koleksi Museum Pusaka TMII, Duduh Hidayat. Foto: Sri Sugiarti

Kepala Seksi Koleksi Museum Pusaka TMII, Duduh Hidayat, menjelaskan, jamasan pusaka atau mencuci benda pusaka seperti keris, bagi sebagian masyarakat merupakan ritual sakral. Nilai mistis, menjadi capaian utama dari kegiatan tersebut.

Tradisi jamasan berasal dari bahasa Jawa kromo inggil (tingkatan tertinggi dalam bahasa jawa). Jamas berarti cuci, membersihkan atau mandi. Sedangkan kata pusaka adalah sebutan bagi benda-benda yang dikeramatkan atau dipercaya memiliki kekuatan seperti keris.

“Jamasan pusaka ini merupakan tradisi mencuci atau membersihkan benda-benda peninggalan nenek moyang. Jadi, melakukan jamasan pusaka ibarat merawat diri kita sendiri. Kalau manusia membersihkan diri dengan mandi. Nah, kalau keris dilakukan jamasan agar karatnya hilang,” kata Duduh, kepada Cendana News, Rabu (31/7/2019).

Menurutnya, jamasan pusaka bertujuan untuk mendapatkan keselamatan perlindungan dan ketentraman. Bagi sebagian masyarakat Jawa, benda-benda pusaka peninggalan nenek moyang memiliki kekuatan magis. Kekuatan tersebut dipercaya bisa mendatangkan berkah dan melindungi, jika dirawat dengan baik.

Sementara apabila tidak dirawat, maka kekuatan yang dimiliki benda pusaka tersebut akan pudar atau hilang. Artinya, benda pusaka akan berubah menjadi benda atau senjata biasa, yang tidak memiliki kekuatan apapun.

Lihat juga...