BMKG Terus Petakan Potensi Tsunami di Indonesia

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), terus memetakan potensi bencana tsunami di sebagian besar pesisir pantai di Indonesia. Selain itu, BMKG juga telah membangun sistem peringatan dini tsunami yang dikenal dengan ‘Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS)’. Infrastruktur InaTews sebagai sistem monitoring sangat penting, dengan adanya 295 sumber gempa sesar aktif di Indoenesia.

Dr. Ir. Muhamad Sadly, M.Eng., menyebutkan, 295 sumber sesar aktif itu juga terus diindentifikasi. Peta rawan tsunami pun sudah disusun. Hal tersebut menjadi tugas BMKG sebagai penyedia informasi gempa bumi dan tsunami, selain menyampaikan informasi dan peringatan dini berkenaan dengan gempa bumi dan tsunami.

Menurutnya, sebagai dukungan infrastruktur InaTEWS, BMKG telah memiliki 176 broadband seismograph (alat pencatat gempa), 137 tide gauges (alat pengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis), dan 336 accelograph (alat perekam getaran tanah).

Semua alat tersebar merata di semua pulau dan provinsi yang ada di Indonesia. Sejumlah peralatan dipasang pada wilayah multibencana.

Dr. Ir. Muhamad Sadly, M.Eng., Deputi Geofisika BMKG -Foto: Henk Widi

“Salah satu wilayah yang dipetakan sebagai daerah multibencana ada di Selat Sunda, sesuai dengan data sejarah wilayah tersebut yang memiliki potensi gempa tektonik dan vulkanik,” ungkap Dr. Ir. Muhamad Sadly, Rabu (17/7/2019).

Menurutnya, pentingnya infrastruktur InaTEWS, salah satunya di Selat Sunda, membuat sejumlah alat dipasang di Provinsi Lampung dan Banten. Sebab, ada 4 potensi ancaman multibencana di Selat Sunda yang sudah dipetakan sesuai sejarah. Di antaranya gempa bumi, erupsi gunung api Gunung Anak Krakatau, tsunami dan longsoran Gunung Anak Krakatau. Potensi bencana yang banyak tersebut berisiko menerjang pesisir Lampung dan Banten.

Lihat juga...