Warga Lamsel Lestarikan Tradisi Sungkeman di Hari Idulfitri
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Hari raya Idulfitri 1440 H/2019, dirayakan oleh umat muslim dengan tradisi wajib, yakni saling memaafkan melalui tanda saling bersalaman dan sungkeman.
Sudin, warga Desa Gandri, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan (Lamsel), menyebut sungkeman menjadi tradisi leluhur keluarganya yang berasal dari Yogyakarta. Sebagai prosesi penuh makna, sungkem dilakukan oleh anak kepada orang tua atau yang dituakan.
Sebagai para pinisepuh atau yang dituakan, penerus generasi keluarga sungkeman menjadi bakti dan terima kasih kepada orang tua. Pada hari istimewa, sungkeman juga dilakukan ketika Idulfitri.
“Tradisi turun temurun untuk hormat kepada orang tua pada momen istimewa, juga kerap dilakukan sebelum pernikahan,” terang Sudin, saat ditemui Cendana News, Rabu (5/6/2019).

Sejatinya, kata Sudin, sungkeman merupakan rasa terima kasih generasi muda kepada generasi tua. Namun dalam momen Idulfitri, sungkeman dilakukan untuk ungkapan permintaan maaf paling dalam. Meski generasi muda saat ini mulai jarang mengenal, setiap Idulfitri prosesi tersebut diajarkan kepada anak-anak.
Cara sederhana sungkeman, sebut Sudin, dilakukan dengan mencium tangan orang tua. Pada tradisi Jawa yang kental, sang anak kerap bersimpuh di kaki orang tua, namun kini sang anak cukup hanya sekadar mencium tangan orang tua,memeluk dan memohon maaf atas segala dosa dan salah.
Sudin menyebut, bagi generasi yang lebih tua, ungkapan permohonan maaf kerap masih mempergunakan bahasa Jawa.