Ngekhupul Cukkih, Tradisi Panen Cengkih Lampung Selatan
Editor: Koko Triarko
Sistem pembagian ngekhupul cukkih, sebut Budi, berdasarkan kebijaksanaan pemilik kebun. Beberapa pemilik kebun ada yang menyesuaikan harga terkini cengkih, sehingga bisa menentukan jumlah cengkih yang akan diberikan kepada pekerja.
Selain itu, dalam bentuk uang warga juga akan menerima dalam jumlah tertentu atas kebaikan pemilik kebun.
Saat proses ngekhupul cukkih, pemilik kebun akan menyediakan makan siang lengkap dengan minuman. Bekal tersebut akan dimakan secara bancakan di kebun untuk mempererat persaudaraan. Kegiatan ngekhupul cukkih dilakukan sejak pagi hingga petang, menyesuaikan kondisi cuaca. Pada masa panen semester pertama tahun ini, cuaca panas mendukung pemanenan sehingga proses pemetikan hingga penjemuran berjalan normal.
“Proses pemetikan dan pengumpulan cengkih yang dilakukan di kebun masih akan berlanjut dengan penyortiran,” papar Budi.
Pemilik kebun cengkih, Siti Nurjanah, menyebut ngekhupul cukkih sudah dilakukan puluhan tahun silam. Saat musim panen raya cengkih, para pekerja bahkan berasal dari wilayah kecamatan lain. Beberapa harus menginap di rumah pemilik kebun cengkih.
Saat ini, upah untuk kegiatan ngekhupul cukkih Rp1.000 per kobok. Selain saat berada di kebun, sebagian warga masih bisa membantu pemilahan atau penyortiran di rumah.
“Usai maghrib, proses penyortiran cengkih, daun dan cangkang masih akan dilakukan dalam rangkaian ngekhupul cukkih,” beber Siti Nurjanah.
Karena proses sudah lebih mudah hanya menyortir, upah per kobok atau wadah bisa lebih murah, yakni Rp500. Dalam semalam, sejumlah warga bisa mendapatkan puluhan kobok menyesuaikan hasil panen.