Tingginya Tarif Tiket Pesawat Sebabkan Inflasi di NTT
KUPANG – Pengamat ekonomi dari International Fund for Agricultural Development (IFAD), Dr. James Adam, menilai kondisi inflasi yang terjadi di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, juga akibat dari kenaikan tarif tiket pesawat yang masih sulit diatasi pemangku kebijakan di daerah itu.
“Pengaruh inflasi akibat harga tiket pesawat kerap terjadi di NTT. Kelompok pengeluaran ini masih menjadi dilema yang sulit diatasi bagi perekonomian kita, apalagi saat menyambut hari raya,” katanya, di Kupang, Sabtu (18/5/2019).
Ia mengatakan, kelompok pengeluaran transportasi, terutama tarif penerbangan, kerap menjadi faktor penyumbang inflasi di provinsi setempat, sesuai data yang dirilis pihak Badan Pusat Statistik (BPS) setempat.
Ia mencontohkan, inflasi di NTT sebesar 0,51 persen pada April 2019, salah satu penyebabnya karena kenaikan harga tiket pesawat sebesar 0,73 persen.
Sebelumnya, pada masa hari raya dan akhir tahun di Desember 2018, NTT juga mengalami inflasi sebesar 1,38 persen dengan penyumbang utama dari komoditi angkutan udara, yang mengalami kenaikan harga 1,06 persen.
“Ini nanti kita lihat untuk Lebaran ini, kalau harga tiket pesawat masih gila-gilaan juga, maka tetap menjadi pemicu inflasi dan dampaknya juga pada komoditas lain seperti bahan makanan,” katanya.
Menurut James, sejauh ini belum ada strategi yang ampuh dari pemangku kepentingan di daerah untuk mengatasi inflasi yang dipicu akibat kenaikan tarif angkutan udara.
Di sisi lain, kata dia, pemerintah daerah memiliki kewenangan yang terbatas untuk mengintervensi tarif penerbangan.
“Untuk itu, pemerintah daerah, DPRD kita atau pemangku kepentingan lain, harus bersuara dan berkoordinasi dengan pihak maskapai di pusat untuk mencari solusinya, karena ini menyangkut kepentingan masyarakat luas,” katanya.