Mengenal Sejarah Penyebaran, Gejala dan Cara Mengatasi Penyakit Cacar Monyet
Editor: Mahadeva
Penyakit ini pertama kali teridentifikasi di republic Rakyat Congo pada 1958. Terjadi kasus secara seporadik pada manusia di Afrika Tengah dan Barat pada 1970. Kemudian menyebar, di beberapa negara seperti Republik Rakyat Congo, Congo, Camerun, Central Africa Republic, Nigeria, Ivory Coast, Liberia, Sierra Leon, Gabon dan Sudan.
“Pada 2017, terjadi wabah monkeypox yang cukup besar di Nigeria. Di Amerika Serikat juga dilaporkan ada dua kasus pada orang di 2003 dan Ingris di 2019 juga teridentifikasi ada dua kasus positif. Terakhir pada 4 Mei 2019, ada satu kasus positif muncul di Singapura,” ungkapnya.
Cacar monyet menular dengan adanya kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, kulit dan cutaneus lesion (lesi kulit) dari satwa liar, yang terinfeksi. Termasuk kontak langsung melalui orang yang menangani, atau yang berhubungan langsung dengan monyet. “Manusia juga dapat terifeksi, karena makan bushmeat atau daging dari satwa tersebut yang tidak dimasak dengan baik,” ungkapnya.
Sedangkan penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi, karena kontak langsung dengan penderita. Terutama yang terkena pada saluran pernafasan, kulit yang mengandung cairan cacar, atau cairan lain dari pasien. “Cara paling tepat mencegah penyakit ini adalah dengan menerapkan hidup bersih dan sehat, seperti selalu mencuci tangan dengan sabun. Selain itu juga menghindari kontak fisik langsung dengan monyet atau satwaliar yang menjadi reservoir virus seperti primata, hewan pengerat, tupai dan sejenisnya,” jelasnya.
Prof Wayan mengungkapkan, orang yang baru kembali dari daerah tertular atau wilayah yang dinyatakan terjadi wabah, jika mengalami demam harap segera melapor ke Dinkes sertempat. Penyakit Monkeypox hanya dapat di diagnosis di laboratorium menggunakan pendekatan molekuler seperti PCR, RDT.