Menengok Tradisi Balimau di Sumbar
Editor: Satmoko Budi Santoso
Menurutnya, jika dilihat dari kondisi di lapangan dalam pelaksanaan balimau, banyak sisi negatif. Seperti yang mandi di lokasi sungai itu bukanlah muhrim, karena mereka bercampur saja antara perempuan dan laki-laki. Serta yang lainnya. Balimau seperti melakukan euforia, dan tidak menunjukkan hal pembersihan diri.
“Jika ingin membersihkan diri sebelum Ramadan, minimal hal yang bisa dilakukan ialah tingkatkan ibadah, saling memaafkan kepada kedua orang tua, sanak saudara, sahabat, serta para tetangga,” jelasnya.
Persoalan memaafkan kepada tetangga ini, sudah dijelaskan oleh Rasulullah SAW bahwa tidak ada diterima puasa seseorang apabila tidak melakukan tiga hal. Pertama meminta maaf kepada kedua orangtua, kepada sahabat, dan tetangga.
Hal ini secara tidak langsung turut membersihkan diri, bukan dengan cara balimau.
“Saya hanya bisa mengimbau kepada masyarakat, jangan melakukan hal-hal di luar ajaran Islam. Jika ingin melakukan puasa Ramadan, lakukanlah tiga hal tadi,” tegasnya.
Di Kota Padang, sungai yang dijadikan lokasi balimau biasanya ramai di Sungai Lubuk Minturun, Sungai Batu Busuak, Sungai Kuranji, dan sejumlah sungai lainnya.
Mengingat masih adanya masyarakat melaksanakan tradisi balimau, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Padang, tetap melakukan pengawasan di sejumlah lokasi tersebut.
Biasanya lokasi sungai akan ramai didatangi oleh masyarakat yang pada umumnya muda mudi, usai memasuki waktu Asar. Namun mengingat sore ini hujan di wilayah Kota Padang, suasana di sepanjang kawasan sungai seperti di Lubuk Minturun, masih sepi dari aktivitas balimau.
Kasat Pol PP Kota Padang, Al Amin, mengatakan, ada sebanyak 350 personel dikerahkan mengamankan sejumlah objek wisata. Mereka bertugas memantau tindakan melanggar hukum yang diduga sangat rawan terjadi saat prosesi tersebut berlangsung.