Setiap SMK Harus Memiliki “Teaching Factory”

Editor: Mahadeva

MALANG – Menjamurnya keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan, tidak sebanding dengan jumlah industri yang tersedia.

Staf ahli bidang inovasi dan daya saing Kementerian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) Ir. Ananto Kusuma Seta, M.Sc.Ph.D – foto Agus Nurchaliq

Hal itu, berdampak pada tidak tertampungnya siswa SMK, untuk melaksanakan praktek kerja lapangan di tempat industri. “Di kita sekolahnya banyak, tapi industrinya kurang, sehingga tidak mungkin semua industri itu menampung anak-anak untuk praktek. Itulah kenapa kita harus membangun Teaching Factory,” jelas Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Ir. Ananto Kusuma Seta, M.Sc.Ph.D, usai memberikan orasi ilmiah di Politeknik Negeri Malang (Polinema), Senin (8/4/2019).

Teaching Factory, di disain seperti industri tetapi berada di sekolah. Pengajarnya bukan hanya guru SMK, tetapi juga dari instruktur industri. Hal itu dimaksudkan, agar mutunya sama dengan mutu di industri. “Karena itu, kita ke depan, jika ingin mendidik anak-anak SMK menjadi entrepreneur, maka setiap SMK harus memiliki teaching factory,” tandasnya.

Siswa SMK harus memiliki pengalaman di industri. Kalau hanya menguasai teori, disebutnya bukan SMK, teapi SMA. Hingga saat ini, terdapat kurang lebih 13 ribu SMK, yang tersebar di seluruh Indonesia. Hanya saja, belum semua SMK memiliki teaching factory. “Di Malang juga sudah banyak SMK yang telah memiliki teaching factory. Salah satunya SMK Muhammadiyah, yang berada di daerah Gondanglegi,” jelasnya.

Lihat juga...