Menari 21 Jam untuk Peringati Hari Kartini

Warga berfoto bersama penari sintren di Taman Cikapayang, Jalan Ir Djuanda, Kota Bandung, Minggu (2142019) (Foto Ant)

BANDUNG – Paguyuban Seni Sekar Laras punya cara tersendiri untuk memperingati Hari Kartini. Mereka mementaskan tari sintren selama 21 jam dengan mengambil tema pentas, Ruang Tanpa Batas.

Ketua Paguyuban Seni Sekar Laras, Darto, menjelaskan, Tari Sintren menjadi simbol perjuangan seorang perempuan seperti perjuangan yang dilakukan oleh Kartini pada jamannya. “Jadi dalam Hari Kartini kami mecoba membangkitkan lagi semangat juang kaum perempuan,” kata Darto di Taman Cikapayang, Jalan Ir Djuanda, Kota Bandung, Minggu (21/4/2019).

Menurutnya, saat ini jenis kesenian yang dipelihara tersebut kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Padahal, Tari Sintren merupakan warisan budaya yang adiluhung. “Adanya pergeseran nilai budaya, akhirnya atensi masyarakat mulai teralihkan oleh budaya populer, padahal pada jamannya ini sangat digandrungi,” tandasnya.

Melalui peringatan Hari Kartini kali ini, Darto bersama paguyuban seninya mencoba menghadirkan kembali kesenian Tari Sintren di tengah-tengah masyarakat. Menurut Darto, kesenian tersebut perlu dikolaborasikan dengan sesuatu yang bisa diserap oleh masyarakat. Karena menurutnya, setiap kesenian memiliki makna. “Kesenian itu akan tetap hidup ketika masyarakat menghidupinya,” tandasnya.

Dia berharap, dengan adanya gelaran tersebut, Sintren sebagai akan terus hidup. Karena menurutnya, punahnya sebuah kesenian antara lain karena tidak adanya ruang-ruang pertunjukan. (Ant)

Lihat juga...