Masa Trek, Produksi TBS di Lampung Turun

Editor: Mahadeva

Hasan dan petani pekebun sawit lain menyebut, menanam sawit masih menjadi investasi yang menjanjikan. Sebagian tanaman yang sudah berusia lebih dari delapan tahun, menjadi salah satu sumber pendapatan rutin bulanan.

Meski demikian, saat musim trek yang menjadi masa paceklik, petani melakukan upaya penyiraman dan pemberian pupuk. Penyiraman dilakukan menggunakan mesin pompa dengan mengambil air di Sungai Way Sekampung.

Pengepul TBS sawit, Daseng, menyebut, pada masa trek Dia harus mengumpulkan sawit dari pekebun di wilayah Lampung Selatan dan Lampung Timur. Hal itu untuk memenuhi kuota yang dibebankan pabrik kepadanya. Untuk setor ke pabrik pengolahan, Dia harus membawa sekira delapan ton sawit sekali kirim. Pengiriman ke pabrik pengolah Crude Palm Oil (CPO) di Lampung Tengah.

Daseng menyebut, permintaan sawit akan semakin meningkat untuk kebutuhan hari raya Idul Fitri. CPO yang diolah menjadi minyak goreng, kebutuhannya akan semakin meningkat untuk Ramadan dan hari raya Idul Fitri. Sebagai pengepul, Daseng berharap harga TBS sawit bisa naik di kisaran Rp2.500 perkilogram. Diasumsikan upah bongkar muat mencapai Rp500 perkilogram, petani masih bisa mendapat keuntungan Rp2.000 perkilogram.

Belum memperhitungkan biaya operasional untuk perawatan serta pemupukan. Dengan demikian harga Rp2.500 pada dasarnya masih belum menguntungkan. Meski demikian, pekebun masih menjadikan tanaman tersebut sebagai tumpuan untuk penghasilan rutin setiap dua pekan sekali.

Lihat juga...