Sanggar Serindit, Lestarikan Budaya Riau di TMII
Editor: Mahadeva
JAKARTA – Gerakan gemulai penari belia berpadu dengan hentakan kaki, tersaji mengikuti alunan musik Melayu. Gerakan para penari cilik, dengan lenggangan tangan seirama hentakan kaki, berjalan cepat, dan sesekali berputar.
Dalam setiap gerak yang disuguhkan, para penari tak henti menebarkan senyum, dengan pancaran rona mata bahagia. Pemandangan memukau tersebut, tersaji di Anjungan Riau Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Jumat (8/2/2019) sore.
Puluhan penari belia, berkostum kaus kuning, berpadu celana hitam, sedang berlatih menari Zapin, sebuah tari khas Melayu. Mereka berlatih menari, di bawah naungan Sanggar Serindit, binaan Diklat Seni Anjungan Riau TMII. Mereka berlatih setiap Jumat dan Selasa pukul 16.00 hingga 18.00 WIB.

Pelatih Sanggar Serindit, Feri Yansah, mengatakan, sanggar ini khusus mengajarkan ragam tari Melayu Riau. “Riau itu terkenal dengan tari Zapin. Jadi kita perkuat di Zapin-nya, di luar itu ada tari Lenggang dan Joged, kita juga pelajari dasarnya,” kata Feri kepada Cendana News, Jumat (8/2/2019).
Dijelaskannya, Riau merupakan salah satu provinsi di Pulau Sumatera, yang memiliki nilai-nilai luhur budaya dan keagamaan. Kebudayaan yang ada di Riau, semakin berkembang. Salah satunya adalah, tari Zapin. Jika diruntut dari sejarahnya, tari Zapin merupakan sebuah akulturasi dua kebudayaan, yakni budaya Arab dan budaya Melayu pada masa lalu.
Zapin berasal dari bahasa Arab, yaitu Zafn, yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikuti rentak pukulan. “Kita, perkuat di bagian kaki. Karena kalau tari Melayu ini kakinya belum kuat itu belum ajeg. Jadi harus ajeg dulu di bagian kaki dan tubuhnya. Makanya, kita adakan pemanasan setiap kali mau latihan,” jelas Feri.