Pramono Budi: Program Transmigrasi Era Presiden Soeharto Menjadi Pemersatu Bangsa
Editor: Mahadeva
Betapa kuatnya ingatan para pejuang transmigran, menyimpan memori puluhan tahun bertransmigrasi mengubah lahan hutan belukar menjadi kota yang maju. Perubahan tersebut tidak lepas dari peran serta Presiden Soeharto. Ketika menjadi Presiden Indonesia ke-dua, sejak 1967 hingga 1997, Presiden Soeharto, mendorong pemerataan pembangunan keseluruh pelosok Indonesia. Tidak salah jika kemudian Presiden Soeharto diberi gelar Bapak Pembangunan.
Semua orang pasti tahu dan setuju, periode antara 1967 hingga 1997, menjadi pelaksanaan pembangunan transmigrasi yang sangat luar biasa pesatnya. “Perjuangan mereka dalam membangun pemukiman hasilnya dapat dinikmati saat ini. Barangkali banyak pula anak-anak transmigran dan masyarakat sekitarnya yang tidak menyadari, bahwa kampung yang didiami saat ini dahulunya pemukiman transmigrasi,” tambah Hasprabu yang ditemui Cendana News di Kantor DPP PATRI, Kalibata, Jakarta Selatan.
Hasprabu menyebut, yang jelas dan pasti, ruh dari transmigrasi awalnya hanyalah perpindahan penduduk atau pekerja buruh murah jaman penjajahan. Sementara, di era Soekarno, orientasinya adalah menjaga kedaulatan supaya memperekat antar anak bangsa. Sedangkan di era Soeharto, programnya diperluas dengan mendukung pembangunan daerah, menjaga perbatasan, membuka pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Oleh karena itu transmigrasi lokasinya di daerah-daerah terpencil, dan saat itu belum ada penduduknya.
Menurutnya, filosofi transmigrasi adalah, merekatkan antar anak bangsa, supaya daerah yang bersekat-sekat pulau bisa dipersatukan. Oleh karena itu, transmigrasi dilakukan melalui pemindahan penduduk, dengan ruh gerakan pemersatu. Dan, jikalau transmigrasi sekarang ini masih diperlukan, tentunya bukan lagi berbasis lahan pertanian tetapi sudah menjadi semi industri.