Pramono Budi: Program Transmigrasi Era Presiden Soeharto Menjadi Pemersatu Bangsa
Editor: Mahadeva
JAKARTA – Bercerita tentang transmigrasi, tentu terbayang dan tidak lepas dari peran sosok Presiden RI ke-2, HM Soeharto. Dengan senyum khasnya, pak Harto menjelajah daerah mulai dari Aceh hingga Papua, yang begitu heterogen dan perlu dibangun dan dipersatukan.
Proses pembunganya tanpa perlu banyak teori, melalui Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I sampai Pelita VI. Yang dibutuhkan rakyat pada saat itu adalah aman, nyaman, bersatu, dan sejahtera. Program transmigrasi di era Presiden Soeharto, masuk dalam generasi transmigrasi orde baru. Sebelumnya pada 1905-1942 disebut kolonisasi. Kemudian Jepang masuk, namanya bukan transmigrasi atau kolonisasi tetapi kerja Rodi (Romusha). Hal itu terjadi sampai 1945.
Kemudian di 1945 hingga 1966, yakni pada masa orde lama, barulah ada transmigrasi, namun tidak terdengar gaungnya. Barulah ketika Soeharto menjadi presiden di 1967, Pelita I sampai VI dicanangkan pada 1969. Dimasa Pelita tersebutlah, gencar dilaksanakannya program transmigrasi.
“Banyak situs atau peninggalan transmigrasi era Soeharto, dari Aceh sampai Papua berhasil dan berkembang pesat. Mungkin kita semua ingat dengan istilah bedol desa, sejuta gambut, program-program itulah yang begitu populer hingga saat ini,” ungkap Ir. H.S. Pramono Budi, M.M, Sekretaris Jenderal DPP Perhimpunan Anak Transmigran Republik Indonesia (PATRI) menceritakan kepada Cendana News, Rabu (13/2/2019).
Lelaki yang akrab disapa Hasprabu tersebut mengatakan, ketika dirinya berkeliling dikawasan dan pemukiman transmigrasi, desa yang sudah maju diantara belantara, ditempati para tokoh dan sesepuh yang sebagian besar sudah menjelma menjadi kecamatan, ibu kota kabupaten dan kota, bahkan ada yang menjadi provinsi baru.