Petani Kurang Bergairah Mengembangkan Tanaman Kelapa di Sulteng
PALU — Petani di Provinsi Sulawesi Tengah dalam beberapa tahun terakhir ini kurang bergairah mengembangkan tanaman kelapa dan lebih memilih komoditas perkebunan lainnya karena harga kopra di tingkat pengumpul terus menurun.
Ketua Bidang Perdagangan Kadin Sulteng, Achrul Udaya, mengakui minat petani mengembangkan komoditas kelapa menurun drastis dalam beberapa tahun ini, sebab harga kopra di pasaran lokal maupun dalam negeri merosot tajam.
Sementara komoditas perkebunan lain seperti kakao, kopi, kemiri, dan cengkih di pasaran semakin membaik, sebutnya di Palu, Jumat (8/2/2019).
Alasan itu, kata dia, merupakan penyebab utama petani Sulteng kurang berminat untuk mengembangkan komoditas kelapa yang sebelumnya menjadi primadona petani di provinsi itu.
Pada era 80-an, petani kopra di Sulteng terbilang cukup berjaya karena belum ada komoditas kakao dan kopi yang dikembangkan secara besar-besaran.
Justru pengembangan tanaman kelapa cukup gencar dilakukan para petani di seluruh wilayah Sulteng.
Namun, katanya, ketika memasuki era komoditas kakao, petani kelapa mulai beralih ramai-ramai menanam tanaman kakao. Apalagi, ketika harga kakao tiba-tiba melambung dari sebelumnya Rp2.500/kg, naik hingga mencapai Rp30.000 di tahun 1998, petani semakin bergairah menanam kakao pada areal lahan kepala.
Petani memanfaatkan menanam kakao di antara tanaman kelapa. Bahkan ada yang menebang pohon kelapa dan menggantikan dengan komoditi kakao.
Dan hingga kini, kata Achrul, petani tetap lebih tertarik menanam kakao dan komoditas lainnya, termasuk yang gencar dikembangkan petani adalah tanaman kopi dan nilam, karena harganya yang semakin menjanjikan.
Menurut dia, pemerintah perlu mendorong kembali petani di Sulteng untuk mengembangkan kelapa, sebab produksi kopra di daerah ini terus menurun darstis dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini.