Pencairan Es “Greenland” Pengaruhi Iklim Global

Editor: Mahadeva

Siswanto menyebut, skenario itu, dibahasnya dalam tesis saat masih di Universitas Bern, Swiss. “Dalam simulasi komputer itu, saya men-setting untuk memasukkan dua Sverdrup atau 2×10 pangkat delapan meter kubik volume air tawar ke area Samudera Atlantik bagian utara, sebagai ekuivalensi jika daratan es di Greenland mencair. Dengan pola itu, terlihat dampaknya terhadap pelemahan AMOC, seperti yang tadi saya uraikan,” papar Siswanto sambil menunjukkan simulasi yang dilakukannya di komputer.

Hasil dari simulasi, ada penurunan suhu global yang drastis hingga lima derajat. Proses ini terjadi secara bertahap. Butuh waktu yang panjang, minimal 50 hingga 200 tahun. Baru skenario bumi mendingin, dan gangguan aliran sabuk Samudera (global conveyor belt) akan terjadi.

“Pencairan es itu memang tidak secara cepat terjadi. Tetapi akibat pemanasan global, dampak itu nyata. Data WMO menyebut, di perode 1990 hingga 2014, pengurangan es terjadi dua kali lipat dibandingkan periode sebelumnya,” tambah Siswanto.

Efek penurunan suhu terjadi karena pelemahan AMOC, menyebabkan anomali ENSO (El Nino Southern Oscillation). “Beberapa wilayah dunia akan mengalami pendinginan, kecuali Samudera Pasifik Selatan. Sebagai akibat dari pelemahan AMOC. Terkait pola ENSO yang berubah, maka perubahan itu terjadi pada pola siklus La Nina dan El Nino. Kalau saat ini siklus ENSO adalah antara dua hingga delapan tahun, pada kondisi pelemahan AMOC itu ENSO bisa terjadi siklusnya setiap 10 hingga 12 bulan. Siklus 10 tahunan Samudera Pasifik tengah akan terkunci lebih sering pada kondisi La Nina dibandingkan El Nino,” urai Siswanto.

Lihat juga...