Ada pun upaya dalam menyisati kelebihan daya tampung di TPA Burangkeng, Maulana mengaku hanya mengoptimalkan alat berat seperti eskavator, untuk mengurai sampah dengan cara didorong ke tempat yang lebih rendah. Sehingga, posisi sampah akan merata dan bisa ditimpa sampah yang baru masuk.
“TPA Burangkeng sekarang memiliki lima eskavator untuk mengurai dan mendorong sampah, agar bisa membuang sampah baru,” tukasnya.
Terkait pengajuan perluasan lahan, Maulana mengaku sudah dari tahun ke tahun diajukan, bahkan lahan untuk perluasan seluas lima hektare sudah tersedia, hanya tinggal dilakukan pembayaran. Tetapi sampai sekarang belum ada kejelasan, padahal soal perluasan lahan adalah salah satu hal mendesak.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengakui jika warga sekitar Desa Burangkeng, kerap melakukan aksi demo, bahkan pernah sampai menutup akses jalan menuju TPA Burangkeng. Aksi warga, menurutnya terkait tuntutan adanya perbaikan jalan, jembatan dan lainnya.
“Warga di sekitar TPA Burangkeng tidak seperti di Bantargebang, mendapatkan dana konpensasi atau istilahnya uang bau. Di TPA Burangkeng tidak ada istilah konpensasi uang bau,”pungkasnya.