Kadarwati Ingat Betul Letkol Soeharto tak Pernah Marah
Editor: Koko Triarko
YOGYAKARTA – Meski usianya tak lagi muda, Nenek Kadarwati tampak masih terlihat sehat. Bicaranya lancar. Ingatannya juga masih begitu kuat, mengenang peristiwa penting sejarah 70 tahun silam, yang pernah terjadi di Dusun tempat tinggalnya, Segoroyoso, Plered, Bantul.
Kadarwati merupakan salah seorang pelaku sejarah selama masa perang kemerdekaan tahun 1948-1949. Ia adalah anak kandung Lurah Segoroyoso, Soedargo Utomo, yang rumahnya dijadikan sebagai markas pasukan Wehrkreise III pimpinan Letkol Soeharto, dalam menghadapi penjajah Belanda.

Di usianya yang telah beranjak dewasa saat itu, Kadarwati sebagaimana kaum perempuan desa lainnya, bertugas menyiapkan keperluan makanan bagi para pejuang. Setiap hari, ia dan perempuan desa lainnya mencari bahan makanan untuk dimasak dan dibagikan kepada para laskar-laskar pejuang yang ada di sekitar wilayah Dusun Segoroyoso.
“Dulu, di sini dijadikan markas pejuang. Ada tempat menyimpan senjata, rumah sakit darurat sampai dapur umum. Saya sendiri bersama kaum wanita lainnya, bertugas di dapur umum. Setiap pagi memasak dan membungkus nasi untuk pasukan pejuang,” ujarnya, kepada Cendana News, belum lama ini.
Sejak serbuan Belanda ke Yogyakarta, atau dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, pasukan TNI memang mengambil strategi perang gerilya dengan mendirikan pos-pos persembunyian di sejumlah pelosok wilayah. Menurut pengakuan Kadarwati, di Dusun Segoroyoso, pos militer didirikan selama beberapa bulan lamanya.