Agar Tidak Diketahui Belanda, Pemancar Radio PC2 AURI Disembunyikan di Sumur
Editor: Mahadeva
YOGYAKARTA – Perjuangan tentara AURI untuk menyampaikan pesan dan informasi, selama masa Agresi Militer II Belanda di 1958 hingga 1949, ternyata tidak mudah untuk dilakukan. Upaya seperti menyiarkan berita keberhasilan Serangan Umum 1 Maret, lewat markas stasiun radio gerilya PC2 AURI di Dusun Banaran, Playen, Gunungkidul, harus dilakukan penuh perjuangan.
Di bawah Komandan Stasiun PHB AURI Playen, Budihardjo, para pejuang harus melakukan kontak radio secara sembunyi-sembunyi. Hal itu dilakukan, agar keberadaan para pejuang tidak diketahui musuh dan diserang oleh tentara Belanda.

Salah satu strategi yang dilakukan adalah, dengan melakukan kontak radio hanya pada saat malam hari. “Kontak radio hanya dilakukan saat malam hari saja. Pemancar akan ditaruh di atas pohon kelapa dengan cara memanjat saat hari sudah gelap. Lalu saat pagi, pemancar akan dicopot atau dilepas lagi. Ini dilakukan agar keberadaan pemancar tidak diketahui pihak Belanda,” kata Sutaryo, pengelola Monumen Stasiun PC2 AURI Playen.
Diceritakan Sutaryo yang merupakan cucu dari Ny Prawirosetomo, pemilik rumah yang digunakan sebagai markas stasiun radio gerilya Playen, pada saat siang hari pemancar radio PC2 akan disembunyikan di dapur atau kandang sapi milik warga. Sementara alat pembangkit listrik untuk radio tersebut, disembunyikan di dalam lubang sumur bawah tanah.
