Pembangunan Ipal Puskesmas Menjadi Prioritas di Perubahan Anggaran 2019

Editor: Mahadeva

Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Agus Nugroho – Foto Hermiana E Ef

Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banyumas, Agus Nugroho menjelaskan, Ipal sederhana menggunakan model resapan. Ada empat bak penampungan pembuangan, pada bak pertama dilengkapi dengan ijuk sebagai penyaring, demikian pula pada bak kedua.

Setelah itu pada bak berikutnya air diberi kaporit dan pada bak terakhir diberi ikan kepala timah, sebagai indikator hasil proses penyaringan. ʺJika ikan tersebut masih bertahan hidup, artinya kondisi air limbah sudah aman dan bisa dibuang. Sehingga meskipun tidak memiliki Ipal permanen, namun Puskesmas sudah melakukan penyaringan atau pengolahan limbah infeksius atau limbah yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan,ʺ terangnya.

Untuk pembuatan Ipal sederhana, dibutuhkan lahan minimal 2X6 meter. Biaya pembuatan, jauh lebih murah dibanding Ipal permanen. Proses pengolahan limbah, dilakukan sejak awal dengan menyaring sebelum masuk ke kolam pertama, untuk memisahkan kotoran lemak. Agus menyebut, sebagai tempat pelayanan kesehatan dasar, Puskesmas seharusnya memiliki Ipal permanen. Namun, karena terkendala anggaran, maka Ipal sederhana menjadi solusi sementara.

Jika mengunakan Ipal permanen, untuk Puskesmas yang hanya melayani rawat jalan, dibutuhkan daya Ipal dengan daya tampung sekira tiga hingga lima kubik. Biaya untuk membuatnya sekira Rp200 juta. Sementara untuk Puskesmas yang melayani rawat inap dibutuhkan daya tampung Ipal lebih besar lagi, yaitu antara lima hingga 10 kubik. Biaya untuk membuatnya sekira Rp400 juta. Untuk perawatan Ipal, rutin dilakukan enam bulan sekali untuk pemeriksaan laboratorium.

Lihat juga...