Gunung Anak Krakatau Semburkan Asap

Editor: Koko Triarko

Sejumlah warga terpaksa menebang sebagian tanaman yang mati akibat terjangan air laut. Material pasir apung dan batu apung juga menutupi sebagian wilayah pantai Minang Rua dan pantai Belebug, yang sebagian dipergunakan sebagai lokasi lahan pertanian jagung.

Setelah kondisi membaik dan hujan turun secara rutin, ia mengaku beberapa jenis tanaman akan kembali bisa tumbuh subur, karena pengaruh air laut mulai berkurang.

Andi Suardi, Kepala Pos Pengamatan Gunung Api, Gunung Anak Krakatau, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) RI, menyebut, dari pos pengamatan GAK, asap tidak terlihat.

Kabut yang berada di perairan dan di dekat pos pengamatan lereng Gunung Rajabasa, membuatnya tidak bisa mengamati dengan mata telanjang. Meski demikian, dari sejumlah pantai di wilayah Rajabasa dan Bakauheni, GAK bisa terpantau.

Terkait kondisi GAK, saat dihubungi, anggota Satuan Polisi Perairan dan Udara (Polairud), Brigadir Kepala Polisi, Deden Rusyanto,  membenarkan erupsi GAK masih terus berlangsung. Sejumlah personel polisi dan TNI ditempatkan untuk mengamankan sejumlah dusun yang ditinggalkan oleh warga yang mengungsi.

Selain melakukan pengamanan rumah warga dari aksi penjarahan, tim keamanan juga melakukan pencarian terhadap korban hilang.

 

Bripka Deden Rusyanto menyebut, masih ada 7 korban tsunami yang belum ditemukan. Salah satu di antaranya warga Pulau Sebesi, bernama Aulia Meyza, dan enam lainnya merupakan warga  Desa Kenali, Kecamatan Rajabasa.

Sejumlah warga yang belum ditemukan, yakni Sahri, Saman, Asim, Asmara, Rohani dan Madsamil. Upaya pencarian dilakukan oleh personel Basarnas dan Polairud Polres Lamsel serta TNI AL.

Lihat juga...