Gantungan Kunci Ala Maumere yang Memikat
Editor: Mahadeva
Nining, memiliki dua tempat untuk produksi dan penjualan di Kota Maumere. Selain dijual langsung, produk gantungan kunci juga dititipkan di sebuah hotel di Labuan Bajo, untuk dijual kepada wisatawan. Perempuan murah senyum tersebut, memberdayakan kaum difabel, untuk menghasilkan kerajinan tangan. Para pekerja diberi gaji bulanan, disesuaikan dengan kemampuan bekerja setiap harinya.
“Saya tidak memaksa mereka bekerja seharian. Ada yang bekerja dari pagi hingga siang hari, atau sekitar empat jam saja. Ada yang delapan jam. Desain yang dikerjakan pun tergantung kemampuan masing-masing, setelah diberikan pelatihan,” terangnya.
Dengan membuat gantungan kunci, Nining memiliki penghasilan lumayan. Setelah dipotong ongkos produksi, gaji serta komisi penjual, terkadang sebulan bisa mendapat keuntungan bersih Rp5 juta, tetapi terkadang lebih.
Kini, Nining berani menyewa tempat usaha, yang juga dijadikan sebagai toko penjualan souvenir. Dengan peluang yang ada, Nining selalu mencari pemasaran di luar daerah, diantaranya dengan memanfaatkan internet. “Saya ingin menyewa tempat usaha yang dimiliki Dinas Pariwisata Sikka, di pusat jajanan dan cinderamata. Selain tempatnya strategis di tengah kota, juga bisa sebagai tempat untuk finishing produk. Pemerintah harus membantu perajin kecil, agar bisa berkembang, baik lewat pemasaran maupun modal usaha,” imbaunya.
Pesanan terbanyak yang biasa diterima, biasanya untuk suvenir pernikahan. Pemesanan suvenir, sekali masuk jumlahnya bisa mencapai ratusan bahkan ribuan buah. Pembeli terkadang datang sendiri ke tempat usahanya, mengikuti informasi dari saudara, tetangga atau temannya.