Tata ruang kota Maumere pun, tambah peraih The Best Employ Marco Polo Hotel Singapura 1997 ini, harus dikelola dengan baik sebagai daya dukung pariwisata. Dia memberi contoh, harus ada sentra kuliner khas Sikka, cindera mata, panggung budaya, city tour dan lainnya.
“Untuk mengusahakan itu, harus ada sinergi berbagai pihak. Kerja sama berbagai pihak harus diusahakan demi kemajuan bersama. Desa yang satu harus membangun kolaborasi dengan desa wisata yang lain, sambil menjalin kerja sama dengan pegiat pariwisata, baik swasta maupun pemerintah,” pesannya.
Selain itu, tegas Martinus, perlu melibatkan secara aktif unsur Forkopimda. Pemerintah juga harus terus membuka keran dialog dengan para pegiat pariwisata, dalam membangun tata ruang dan tata kelola pariwisata di Sikka.
“Kita rencanakan bersama, kita kerjakan bersama dan manfaatnya akan kita rasakan bersama. Saya optimis, berbagai pihak di Sikka pasti berkeinginan membangun pariwisata. Malalui pariwisata, kita membangun Sikka,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sikka, Kensius Didimus, mengatakan, selama 2018 pihaknya melakukan berbagai penataan beberapa destinasi wisata, seperti membangun Lopo atau pondok di Tanjung Kajuwulu serta air panas Blidit.
“Untuk 2019 ini, kita akan bangun tempat wisata di Tanjung Darat yang dilakukan oleh investor, serta akan menyiapkan sebuah kapal khusus bagi para penyelam yang akan melihat keindahan alam bawah laut Teluk Maumere,” sebutnya.
Pemerintah, kata Kensius, terus berupaya melakukan pembenahan destinasi wisata. Pihaknya juga mengusulkan, agar infrastruktur ke destinasi wisata tersebut diperbaiki, termasuk jalan dan air bersih.