Desa Wlahar Wetan, Pelopori Tanam Padi Organik di Lahan Tandus
Editor: Satmoko Budi Santoso
BANYUMAS – Meskipun berdampingan dengan Sungai Serayu, Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, termasuk daerah tandus dan gersang.
Selama puluhan tahun para petani menggarap sawah tadah hujan yang hanya bisa panen setahun sekali. Petani pun jauh dari kesejahteraan.
Dalam dua tahun terakhir, kehidupan petani mulai terangkat. Setelah Kades Wlahar Wetan, Dodiet Prasetyo, mempelopori kemandirian benih dan mengajak para petani untuk menanam padi organik.
Tak tanggung-tanggung, Dodiet mengalokasikan dana desa sebesar Rp 80 juta untuk pelatihan para petani. Pelatihan selama tiga bulan ini dengan mendatangkan pakar dan praktisi pertanian sebanyak 8 orang.
ʺMemang tidak mudah untuk mengubah mindset petani. Awalnya, ada 70 petani yang ikut pelatihan dan yang bertahan hingga akhir hanya 17 orang. Pelatihan ini full selama 3 bulan, mulai dari praktik di lapangan dan berdiskusi saat malam hari. Kita juga melakukan kunjungan lapangan ke Indramayu,ʺ terang Dodiet, Senin (7/1/2019).
Menurutnya, untuk membangun kesadaran petani akan manfaat pertanian organik, dibutuhkan intervensi dari desa. Karena itu, dari ADD Tahun 2016 dialokasikan Rp80 juta untuk pelatihan. Selanjutnya, dari ADD Tahun 2017, kembali dialokasikan Rp35 juta untuk pembelian alat-alat, seperti mesin pembersih beras dan mesin press untuk kemasan beras.

Pada tahun pertama menanam padi organik jenis mentik susu, hasil panen memang masih sedikit, yaitu 4 ton per hektare. Namun, petani mendapatkan nilai ekonomis jauh lebih banyak. Sebab hasil panennya dijual dengan harga lebih mahal.