Belajar Seni Pahat Suku Asmat di Desa Seni TMII
Editor: Mahadeva
JAKARTA – Alunan lagu Sajojo menyemangati Suleman, seorang seniman Papua, memahat patung Mbis sebuah patung khas suku Asmat. Aktivitas tersebut bisa dinikmati di area Desa Seni Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Dengan mengenakan busana khas suku Asmat, sambil menyanyi, Suleman memainkan jemari tangannya memahat kayu. Hiasan ornamen khas Asmat yang penuh makna seperti bentuk manusia, buntut kuskus, dan cakar kelelawar, berlahan dibuatnya dengan terampil. Ragam ornamen itu, terukir di dalam patung Mbis, yang sedang dipahat. Patung Mbis, adalah gambaran keluarga yang sudah meninggal. Patung diukir secara bersusun, dengan hiasan ornamen Asmat yang penuh makna.
Bentuk patung Mbis yang dibuat, berbentuk sosok manusia berdiri tegak bersusun sebagai gambaran arwah. “Patung Mbis dipakai untuk upacara Mbis, suku Asmat. Ini patung sakral, sebuah tradisi kehidupan dan ritual terkait dengan spiritual serta penghormatan terhadap nenek moyang,” kata Suleman kepada Cendana News, Sabtu (19/1/2019).
Jadi, ketika seniman suku Asmat memahat atau mengukir, Suleman menyebut, mereka tidak sekedar membuat pola dalam kayu. Tetapi juga sedang mengalirkan sebuah spiritualitas hidup. Tubuh-tubuh yang tegak langsing, tangan dan kaki yang panjang, pada struktur patung Mbis, membutuhkan bahan kayu yang tinggi. Bentuk patung Mbis dibuat secara bersusun, mulai dari akar pohon di atas sampai ujung pohon di bawah.
Pada posisi atas atau akar, adalah patung nenek moyangnya, kemudian di bawahnya adalah keturunan atau anaknya. Hingga dibagian pangkal, adalah yang paling muda yang baru meninggal yaitu cucu. Di setiap patungnya diberi nama orang yang meninggal tersebut. Pada bagian teratas yaitu patung nenek moyangnya, dibuat ukiran tambahan yaitu alat vital yang distilasi. Ini terkait kepercayaan suku Asmat, bahwa akar keturunan mereka berasal dari nenek moyangnya.