Pak Harto Mengakhiri Incognito di Istana Tampaksiring, Bali
Oleh Mahpudi, MT
Akhirnya, penulis mengontak Gede Ngurah Surya Hadinata, sahabat sesama filatelis, yang kebetulan berusaha di bidang perhotelan. Berkat bantuannya, malam itu juga, kami mendapatkan tempat menginap yang nyaman. Pada keesokan harinya, 11 Juni 2012, Tim bertamu ke Istana Tampaksiring. Kami bersyukur, sebagian dari mereka masih mengenal dengan baik Pak Subianto, sehingga keraguan mereka atas tim ekspedisi pupus begitu kami bertamu. Kami disambut hangat oleh pegawai istana kepresidenan. Namun begitu, kami tak hendak merepotkan mereka.
Setelah mendapat kesempatan untuk melihat-lihat dari dekat Istana Tampaksiring, tim memutuskan beristirahat, sambil bersiap untuk pulang ke Jakarta menggunakan jalur udara. Sementara, kendaraan sewaan kembali ke Yogyakarta sesuai rencana.

Ada banyak hal yang kami peroleh selama melakukan perjalanan Incognito. Sebagian besar, merupakan perihal yang cukup kami mengerti dan pahami seorang diri. Memang, Pak Harto tak pernah mengungkapkan hal-hal tersebut dalam suatu tulisan, di kemudian hari. Namun, dari ekspedisi yang dilakukan, kami meyakini, program-program pembangunan yang dijalankan Pak Harto di kemudian hari, banyak dipengaruhi oleh refleksi perjalanan incognito tersebut.
Satu hal yang pasti, perjalanan diam-diam Pak Harto menemui rakyatnya, tak berhenti sampai di sini. Pada tahun-tahun berikutnya, Pak Harto kembali melakukan incognito mengunjungi tempat-tempat lain di berbagai penjuru Indonesia. Ini dilakukan Pak Harto sebagai bagian dari wujud kepemimpinannya selaku Presiden Republik Indonesia, yang terus berusaha menyatu, mendengarkan denyut nadi serta hati nurani rakyatnya.