Gapoktan, Ujung Tombak Pengembangan Usaha Tani

Editor: Mahadeva WS

MAUMERE – Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), bisa menjadi ujung tombang pengembangan sauah tani. Oleh karenanya, pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) harus didasarkan pada kondisi petani. Apakah petani yang bekerja secara subsistem, ataukah petani yang kegiatannya sudah mengarah pada bisnis dan ekonomi.

Pendamping Gapoktan dari Wahana Tani Mandiri (WTM) Martinus Maju. Foto : Ebed de Rosary

Petani subsistem, adalah, petani dengan orientasi pengembangan di pertukaran informasi. Sementara petani bisnis dan ekonomi, orientasi pengembangan kegiatannya pada pengembangan sayap bisnis. “Dari pandangan ini, seharusnya orientasi pengembangan Gapoktan di  NTT adalah, pertukaran informasi,” tegas pendamping Gapoktan dari Wahana Tani Mandiri (WTM), Martinus Maju, Senin (24/12/2018).

Martinus menyebut, pembentukan Gapoktan lebih kepada harapan untuk mendapatkan bantuan. Kendati hal tersebut penting, namun pembentukan Gapoktan seharusnya lebih pada kebutuhan organisasi. Jika motif pembentukkan gapoktan karena adanya bantuan, maka yang terbentuk adalah, kelompok tadah tangan. Kelompok yang tidak memiliki kesadaran berkelompok tani yang benar. Hingga akhirnya Gapoktan tidak dapat bertahan lama.

Gapoktan seharusnya, menjadi rumah bagi petani, yang berperan sebagai media informasi. Konsep pengembangan tersebut, sesuai dengan kebutuhan petani, yaitu peningkatan usaha tani dengan berbagai persoalan yang dihadapi.  “Gapoktan yang dijadikan media informasi, akan mampu memfasilitasi pemecahan masalah yang dihadapi petani, dari berbagai kelompok tani yang tergabung di dalamnya,” sebutnya.

Lihat juga...