Umat Katolik Lamsel Lestarikan Tradisi Peringatan Arwah

Editor: Mahadeva WS

Pastor Wolfram Safari,Pr memimpin Misa Arwah di gereja Santo Petrus dan Paulus Pasuruan – Foto Henk Widi

Seperti pada kitab Perjanjian Lama, tradisi Gereja Katolik, umat Katolik harus percaya, bahwa kehendak Bapa, yang diberikan kepada Yesus bisa dibangkitkan pada akhir zaman, sehingga Yesus menghendaki setiap orang yang melihat anak dan percaya kepada-Nya, beroleh hidup yang kekal dan membangkitkannya pada akhir zaman.

Doa gereja bagi mereka yang meninggal dunia, didasarkan pada iman, juga kepercayaan akan adanya persekutuan orang orang kudus dalam Gereja (Communio sanctorum). Persekutuan tersebut meliputi arwah yang sudah mulia bersama Allah di surga, mereka yang masih hidup di dunia ini, mereka yang sudah meninggal namun belum masuk secara penuh dalam kemuliaan Allah dan masih perlu mengalami pencucian. “Sebagai warga Gereja yang masih hidup atau sudah mati tetap saling berhubungan dan saling mendoakan,” beber pastor Wolfram Safari.

Tradisi gereja Katolik dalam penghormatan arwah orang yang sudah meninggal, meliputi perayaan Ekaristi, doa-doa, amal dan olah kesalehan. Melalui inkulturasi gereja yang masih memegang teguh budaya integrasi juga dilakukan berupa peringatan arwah pada hari ke-7, 40, 100 dan 1 tahun, 2 tahun hingga 1000 hari.

Peringatan tersebut sebagai simbol tindakan Allah menyelamatkan orang yang sudah meninggal dan harapan akan kebangkitan. Selain diisi dengan misa di gereja, umat Katolik di sejumlah gereja di sepanjang November, diberi kesempatan mendoakan keluarga yang sudah meninggal.

Edi Gunawan, salah satu umat yang memiliki keluarga yang sudah meninggal, mengaku mengunjungi makam kerabat. Ia mengunjungi makam keluarga, tanpa memandang agama keluarga yang sudah meninggal. Tradisi mengunjungi makam sebagai bentuk bakti kepada keluarga yang sudah meninggal dengan membersihkan makam dan berdoa di makam. “Berdoa tentunya bisa setiap hari, tapi saat November gereja Katolik lebih fokus berdoa bagi yang sudah meninggal,” beber Edi Gunawan.

Lihat juga...