MKTI: Pengelolaan Bentang Ekosistem Sungai Tanggung Jawab Bersama
Saat ini, DAS Batangtoru diklasifikasikan sebagai “dipulihkan”. “Di sana (Batangtoru) terdapat lahan sangat kritis seluas 5.794,65 hektare (1,76 persen) dan lahan kritis seluas 42.301,07 (12,84 persen),” ujarnya.
Ketua Forum Koordinasi Pengelolaan DAS Batangtoru, Adriani Siahaan menyatakan pihaknya sudah menyiapkan rencana pengelolaan agar kualitas hutan yang ada di Batangtoru bisa dipertahankan. Salah satu caranya penanaman memanfaatkan jenis pohon yang disukai masyarakat.
“Kami akan tanami dengan pohon yang dibutuhkan oleh hutan dan juga dibutuhkan masyarakat,” katanya.
Menurut Adriani, jenis tanaman yang akan dimanfaatkan adalah kemenyan Toba (Styrax sumatrana J. Sm) atau dalam bahasa setempat haminjon dan pohon kamper (Dryobalanops aromatica) penghasil kapur barus.
Dua jenis tanaman tersebut sejak lama dikenal sebagai salah stau tanaman kehidupan bagi masyarakat Tapanuli. “Sekitar 80 persen pasokan kemenyan dunia, berasal dari Tapanuli,” kata Adriani.
Jenis tumbuhan dipilih sesuai kesukaan masyarakat agar warga suka merawatnya di lapangan. Adriani menyatakan, pemetaan dan pendataan diharapkan tuntas pada akhir tahun 2018 sehingga rencana pengelolaan bisa dieksekusi mulai tahun 2019. (Ant)