Harga TBS Sawit di Lamsel, Anjlok

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Harga tandan buah segar (TBS) sawit di Lampung Selatan anjlok pada awal November tahun ini. Penurunan harga terjadi bertahap sejak awal tahun. Saat ini, harga TBS di level petani hanya Rp600 per kilogram.
Hasan, salah satu pemilik satu hektare kebun sawit di Desa Gandri, Kecamatan Penengahan, mengaku harga TBS sawit mengalami penurunan selama bertahap sejak awal tahun. Pada panen bulan Mei silam, harga TBS di level petani masih berkisar Rp1.200 per kilogram, pada bulan Agustus harga berkisar Rp900 per kilogram dan terus anjlok hingga Rp600 per kilogram pada November, ini.
Menurut Hasan, anjloknya harga TBS sawit dalam kurun beberapa bulan tersebut seiring permintaan yang menurun. Harga mencapai puncaknya terjadi sebelum bulan puasa atau bulan Ramadan, di mana kebutuhan minyak goreng meningkat.
Kebutuhan crude palm oil (CPO) yang sempat menurun ikut mempengaruhi harga pembelian TBS sawit pada level petani. Penurunan harga berkisar Rp300 per kilogram itu sesuai dengan faktor cuaca yang didominasi oleh musim penghujan.
Pada musim kemarau, kata Hasan, buah yang dihasilkan meski sedikit memiliki kualitas yang lebih baik. Sebaliknya, saat memasuki pembuahan hingga panen pada bulan November, kualitas buah turun akibat kerontokan dampak hujan.
Buah sawit diakuinya rentan mengalami kerontokan, jika dipanen melebihi usia lima belas hari, bahkan saat dipanen lebih dari dua puluh hari buah sawit rentan rontok.
Kendala yang dihadapi petani, karena pembeli baru bisa datang dua hari pascapanen, sehingga kerontokan dan penyusutan buah lebih tinggi seusai dipanen.
“Sistem penanaman milik petani tentunya  berbeda dengan sawit milik perusahaan yang dipanen pada hari yang sama langsung dibawa ke pabrik pengolahan CPO, sementara milik petani harus menunggu pedagang pengepul,” terang Hasan, Senin (12/11/2018).
Hasan menyebut, sejumlah petani di Kecamatan Penengahan pemilik kebun sawit biasanya akan melakukan pemanenan serentak. Kelompok tani sawit akan melakukan pemanenan sawit pada waktu bersamaan, menyesuaikan kendaraan pengangkut sekaligus pembeli yang akan mengambil TBS sawit usai dipanen.
Setelah dipanen dan ditimbang, pemilik kebun sawit selanjutnya akan mendapatkan nota pembelian yang bisa dicairkan sewaktu waktu kepada pengepul.
Pada panen tahap sebelumnya, Hasan mengaku sekali panen dari satu hektare bisa memperoleh delapan kuintal. Namun pada panen bulan November, dirinya hanya memperoleh hasil sekitar enam kuintal TBS sawit yang sudah ditimbang.
Sebelumnya, seekali panen bisa memperoleh hasil di atas Rp1 juta, kini hanya mendapatkan hasil di bawah Rp500 ribu. Ia dan sejumlah petani mengaku tetap bisa memanen, meski sebagian petani lain memilih mengganti tanaman sawit dengan tanaman lain.
Anjloknya harga TBS sawit, juga  diakui oleh Roni, pengepul sawit asal Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan. Ia memastikan, penurunan harga dari semula Rp1.200 dan bertahap hingga mencapai harga Rp600 per kilogram, menyesuaikan kebutuhan akan CPO.
Kebutuhan akan CPO untuk perusahaan pengolah minyak goreng di kota Panjang Bandarlampung, menurun dibandingkan menjelang hari raya menjadi faktor utama menurunnya harga TBS di level petani.
“Petani dan para pengepul biasanya memantau pergerakan harga CPO yang ikut mempengaruhi harga TBS sawit,” beber Roni.
Pemantauan secara online melalui internet pada pasar komoditas pertanian dan perkebunan tersebut, diakuinya membuat petani dan pengepul bisa menyesuaikan harga.
Pada level petani sawit, Roni mengaku faktor yang harus diperhitungkan di antaranya biaya panen dan distribusi. Per kilogram TBS sawit diakuinya kini upah para pemanen hanya Rp200 per kilogram atau Rp200 ribu per ton. Sementara upah pengangkutan memperhitungkan biaya bahan bakar, juga menjadi acuan dalam menentukan harga.
Roni mengatakan, sudah memaklumi anjloknya harga tersebut karena harga TBS sawit mengikuti harga CPO dunia. Meski diproduksi untuk kebutuhan dalam negeri, salah satu faktor penentu permintaan yang meningkat terjadi menjelang Ramadan atau jelang hari raya Idul Fitri.
Sejumlah petani sawit yang menjual TBS sawit dengan harga rendah, disebutnya masih bisa memiliki harapan panen selanjutnya harga naik mengikuti permintaan.
Lihat juga...