Dampak Matinya Ribuan Gurami, Petani di Sleman Beralih ke Nila

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

YOGYAKARTA — Fenomena matinya ribuan ikan, terutama jenis gurami di kecamatan Moyudan, Sleman beberapa waktu lalu, membuat sejumlah petani ikan di wilayah tersebut memilih beralih ke budidaya ikan nila.

Salah seorang anggota kelompok petani ikan Mina Tirta Rahayu, Ahmad Bachtiar di dusun Sangubanyu, desa Sumberrahayu, Moyudan, Sleman. Foto: Jatmika H Kusmargana

Ikan nila dipilih karena dinilai memiliki daya tahan lebih kuat terhadap pengaruh perubahan cuaca sekaligus terhadap penyakit dibandingkan ikan gurami.

Seperti dilakukan kelompok Mina Tirta Rahayu di dusun Sangubanyu, desa Sumberrahayu, Moyudan, Sleman. Dari 25 anggota kelompoknya, mayoritas beralih membudidayakan ikan nila.

“Sebelumnya memang mayoritas pelihara ikan gurami. Namun karena banyak yang mati, semua kini beralih ke ikan nila,” ujar salah seorang anggota kelompok, Ahmad Bachtiar kepada Cendana News, Senin (18/11/2018).

Ahmad sendiri mengaku sempat mengalami gagal panen. 2.000 ekor lebih ikan gurami ukuran tiga jari miliknya mati setelah terserang virus akibat kondisi cuaca.

“Kemarin saat ‘bediding’ atau puncak musim kemarau dan tidak ada hujan sama sekali banyak ikan gurami yang mati. Beruntung saya sebelumnya sudah menjual ikan siap konsumsi. Sehingga seukuran tiga jari saja yang mati,” katanya.

Kini Ahmad sendiri mengaku telah menjual semua ikan gurami miliknya dan menggantinya dengan ikan nila. Sebanyak 5 kolam terisi penuh, baik indukan maupun anakan, hasil budidayanya sendiri.

“Kalau ikan nila lebih tahan. Budidayanya juga mudah. Kendalanya hanya masalah air. Karena disini, air kolam tidak mengalir. Padahal nila lebih bagus jika dipelihara di kolam dengan air mengalir,” kayanya.

Lihat juga...