Angin Kencang Pengaruhi Harga Ikan di Lamsel
Editor: Satmoko Budi Santoso
Wayan Ardi menyebut, sebagian rumput laut dengan usia panen 25 hingga 30 hari terpaksa dipanen dini usia 20 hari. Rumput laut jenis Kottoni tersebut, diakuinya dibudidayakan di perairan wilayah Desa Tridharmayoga dan Desa Legundi, Kecamatan Ketapang.
Faktor cuaca di wilayah tersebut dilihat dari prakiraan cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Lampung, angin cukup kencang. Pada perairan timur Lampung cuaca didominasi hujan ringan, angin bertiup dari Tenggara ke Barat Daya berkecepatan 3-20 knots.
“Pengaruh angin dan gelombang terasa saat jalur tali untuk menanam rumput laut terbawa arus, kadang putus dan mengakibatkan kerusakan,” beber Wayan Ardi.

Pengepul dan pembina petani rumput laut, Ryan mengaku, rumput laut kerap dipanen dini akibat kondisi perairan tidak bersahabat. Rumput laut belum cukup umur panen kerap memiliki kualitas kurang sempurna.
Semula rumput laut kering dibeli dengan harga Rp11.000 bisa turun menjadi Rp8.000 per kilogram. Kondisi perairan yang kurang bersahabat kerap membuat petani pembudidaya rumput laut menepikan lajur, memanen dini dan selanjutnya melakukan penanaman ulang saat kondisi cuaca membaik.
Selain berdampak bagi pembudidaya rumput laut, dampak angin kencang dan gelombang tinggi juga menimpa pembudidaya kerang hijau.
Ryan menyebut, pembudidaya kerang hijau yang bersebelahan dengan pembudidaya rumput laut kerap harus memeriksa tiang pancang. Sebab tiang pancang yang tidak kuat bisa terbawa arus sehingga budidaya kerang hijau akan terganggu.