UGM Tawarkan Strategi Tangani Masalah Kebun Sawit

Kelapa Sawit, ilustrasi -Dok: CDN
YOGYAKARTA – Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, menawarkan strategi “Jangka Benah” untuk menangani konflik kebun sawit dalam kawasan hutan di Indonesia.
“Jangka Benah merupakan upaya pembenahan kawasan hutan yang telah terlanjur dibuka masyarakat menjadi kebun sawit untuk dikembalikan menjadi hutan kembali,” kata Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Budiadi, di Kampus UGM, Yogyakarta, Jumat (19/10/2018).
Menurut dia, strategi tersebut berbasis pada upaya perbaikan pendapatan keluarga petani kecil, aspek sosial, dan fungsi ekologi. Dengan konsep ini, masyarakat bisa mengelola kebun sawit di dalam hutan, namun dengan pendekatan pengelolaan yang berbeda.
“Misalnya dengan model agroforestri, yakni dengan menanam tanaman lain dalam kebun sawit untuk meningkatkan produktivitas lahan dan biodiversitas,” jelasnya.
Ia menyebutkan, saat ini tercatat sekitar 2,8 juta hektare lahan perkebunan sawit berada di dalam kawasan hutan. Lokasinya dalam kawasan hutan membuat statusnya menjadi ilegal.
“Hasil olahan data yang kami lakukan, mencatat dari jumlah tersebut, sekitar 35 persen merupakan kebun yang dikelola masyarakat, sedangkan sisanya dikelola perusahaan,” kata dia.
Koordinator tim peneliti UGM terkait sawit di kawasan hutan, Hero Marheanto berharap, strategi Jangka Benah tersebut mampu mengembalikan kawasan hutan yang dijadikan kebun sawit seperti ekosistem sebelumnya sebagai hutan alam.
Untuk mengembalikan kondisi kebun sawit menjadi hutan, menurut dia, bukan perkara mudah. Sebab, dalam periode awal perlu dilakukan perbaikan struktur dari hutan monokultur menjadi heterokultur dengan agroforsetri, yang kemudian diikuti dengan upaya perbaikan fungsi hidrologis hutan.
“Usulan ini akan berhasil, abila ada dukungan regulasi dan juga masyarakat,” kata Hero.
Sementara itu, Pakar Konservasi Satwa Liar UGM, Muhammad Ali Imron, mengatakan, bahwa ekspansi kebun sawit di kawasan hutan juga menimbulkan konflik antara manusia dengan satwa liar.
Menurut dia, tidak sedikit kasus yang menyebabkan satwa yang tinggal di kawasan hutan seperti harimau dan gajah yang diburu dan dibunuh seperti yang terjadi di Sumatra. (Ant)
Lihat juga...