Risma Persilakan Pengelolaan Sampah di Surabaya Jadi Contoh KLHK
Vivien mengatakan, saat ini KLHK sendiri ingin menjadikan sampah sebagai sesuatu yang bersifat secular economics. Artinya, sampah tidak menjadi cost, namun dapat menjadi sumber daya yang dapat dimanfaatkan dan bersifat ekonomi.
“Kita sudah lihat sampah bisa digunakan sebagai bahan yang bernilai,” katanya.
Lebih lanjut terkait limbah B3, pemerintah sebelumnya memiliki prinsip “cradel to grave” (ayunan bayi) dan “grave” (kuburan). Namun saat ini, lanjut Vivien, pemerintah sudah mengubah menjadi “cradel to cradel“.
Artinya, lanjut dia limbah tidak hanya dimusnahkan saja, melainkan bisa diubah menjadi hal yang ekonomis dan bermanfaat. “Limbah beracun itu sangat mungkin dilakukan seperti bahan jalan, batu bata dan bakar bakar,” tambahnya.
Director Marine and Coastal Ecosystem, Divison of Environmental Policy and Implementation Dr. Lisa Emelia Svensson, mengatakan, Kota Surabaya adalah kota yang luar biasa.
Alasannya, warga tidak sekedar diberikan informasi dan pendidikan terkait pengurangan limbah dan sampah plastik, melainkan diajarkan tentang bagaimana cara mengelola limbah dan sampah utamanya sampah plastik yang kini menjadi perhatian dunia.
Menurutnya kerja pemerintah dan masyarakat Surabaya sangat mengagumkan bagaimana kerja nyata pengolahan sampah yang dilakukan Surabaya. Baginya, cara itu sudah mencapai level internasional.
“Saya melihat dia (Risma) tidak sekedar wali kota, melainkan sebagai perempuan pahlawan yang sangat luar biasa untuk mengubah kota ini menjadi lebih sejahtera salah satunya melalui pengelolaan sampah,” katanya. (Ant)