Perubahan Iklim Berdampak Pola Tanam Petani Lamsel

Editor: Makmun Hidayat

LAMPUNG — Perubahan iklim ditandai dengan kemarau panjang di wilayah Lampung Selatan berdampak signifikan bagi sejumlah lahan pertanian. Kendati begitu, sejumlah lahan masih dapat teraliri air berasal dari Gunung Rajabasa.

Ngadiman (60) salah satu petani di Desa Banjarmasin, Kecamatan Penengahan menyebut keberadaan Gunung Rajabasa masih bisa memberi pasokan air yang cukup bagi sejumlah lahan pertanian. Pasalnya Sungai Way Muloh, Sungai Way Asahan, Sungai Way Pisang masih bisa digunakan sebagai sumber mata air untuk lahan pertanian.

Ngadiman, salah satu petani di Lampung Selatan berada di lahan yang tidak ditanami selama kemarau – Foto: Henk Widi

Sejumlah wilayah yang masih teraliri air sungai diakui Ngadiman merupakan kawasan yang berada di dekat bantaran sungai. Kondisi tersebut tidak lepas dari upaya masyarakat di wilayah Gunung Rajabasa yang menjaga kelestarian hutan lindung dengan tidak menebang pohon.

Selain itu kesadaran masyarakat untuk menanam pohon peresap air juga ikut berdampak bagi ketersediaan air meski kemarau membuat sejumlah lahan pertanian kering.

“Beberapa hamparan lahan pertanian memang sudah kering akibat debit sungai menyusut, namun sebagian lahan masih bisa digarap dengan memanfaatkan air sungai yang dibendung lalu disedot dengan mesin alkon,” terang Ngadiman salah satu petani penggarap lahan di Penengahan saat dikonfirmasi Cendana News, Rabu (10/10/2018).

Ngadiman menyebut penanaman pohon menjadi salah satu cara untuk meminimalisir dampak perubahan iklim yang terjadi. Sejumlah warga di wilayah Banjarmasin misalnya, sengaja melestarikan sejumlah tanaman perkebunan yang masih bisa bertahan saat kemarau sekaligus menjadi pohon peresap air. Beberapa tanaman tersebut diantaranya berfungsi sebagai peneduh sehingga bisa diterapkan pola tanam tumpang sari.

Lihat juga...