Ubi Jalar, Tanaman Xerofit Penghasil Profit Kala Musim Kemarau

Editor: Makmun Hidayat

LAMPUNG — Ubi jalar atau dikenal dengan ubi rambat jadi salah satu komoditas pertanian bagi warga Lampung Selatan. Budidaya ubi rambat atau Ipomoea Batatas L dilakukan petani salah satunya Sumardi di Desa Tanjungsari, Kecamatan Palas.

Ia menyebut musim kemarau waktu tepat untuk budidaya ubi jalar. Sebab tanaman ubi jalar sangat tahan atau toleran terhadap kondisi kering atau xerofit.

Sebagai tanaman berbentuk umbi, saat kemarau ubi jalar justru bertunas. Sebagai tanaman toleran kondisi cuaca kering, budidaya potensial dilakukan untuk hasilkan profit. Keuntungan atau profit sebutnya bisa diperoleh setelah masa tanam mencapai 3,5 hingga 4,5 bulan. Budidaya ubi jalar putih, ubi jalar ungu dilakukan olehnya dengan perbanyakan memakai stek batang.

Budidaya ubi jalar sebut Sumardi bisa diatur olehnya dengan pemilihan masa tanam. Perhitungan maksimal 4,5 bulan panen bisa dilakukan dengan penanaman bertahap. Setiap bibit tanaman sebutnya bisa menghasilkan sekitar satu kilogram umbi. Pengaturan jadwal tanam membuat ia bisa menjual umbi bertahap. Setelah panen ia masih memiliki tanaman untuk dipanen berikutnya.

“Sebagai tanaman toleran kondisi kering, lahan yang disiapkan harus gembur dengan pencampuran kompos, pasir, abu sekam serta tanah yang diperoleh dari pencampuran pupuk kandang, kondisi tanah yang diatur menghindari pembusukan umbi sehinga diperlukan sistem guludan,” terang Sumardi saat ditemui Cendana News, Senin (2/8/2021).

Budidaya dengan stek batang, tunas umbi sebutnya bisa dilakukan untuk perbanyakan bibit. Varietas ubi jalar yang kerap dibudidayakan sebutnya berupa borobudur, cilembu, ubi jalar madu dan ubi jalar ungu. Permintaan stabil diperoleh dari usaha pembuatan keripik, kuliner memakai ubi jalar. Sekali paben dari lahan seperempat hektare ia mendapat lima kuintal. Hasil diperoleh bisa mencapai Rp3 juta dengan harga Rp6.000 per kilogram.

Lihat juga...