LONDON – Pakar komunikasi, Firly Annisa, mengajak netizen untuk memilah konten informasi dan jika perlu menjadi “polisi media sosial” untuk membersihkan medsos dari berita palsu (hoax), ujaran kebencian, kekerasan dan pornografi.
Hal itu disampaikan dalam acara seminar yang diadakan KBRI London bekerjasama dengan organisasi Indonesian Networking Development United Kingdom (INDUK) yang anggotanya terdiri dari pekerja migran di Inggris yang digelar di gedung pertemuan KBRI London, belum lama ini.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan kandidat PhD Media, Communication and Culture, di Keele University, UK itu berpesan, untuk berhati-hati terhadap sejumlah akun medsos yang memanfaatkan “like” dan “share” untuk keuntungan finansial maupun politis dan agar tidak menyebarkan informasi sebelum jelas kebenarannya agar tidak terjerat UU ITE.
Sekretaris Kedua Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI London, Anisa Farida di London, Senin menyebutkan dalam pertemuan INDUK yang difasilitasi KBRI London itu hadir lebih dari 30 orang anggota yang berada di London dan sekitarnya.
Anisa Farida mengatakan dalam pertemuan INDUK yang diadakan setiap bulan menghadirkan berbagai narasumber untuk memperkaya pengetahuan dan keahlian (skill) pekerja migran Indonesia di UK.
Sebelum acara seminar berlangsung, Pembina INDUK, Siti Wahadi menyampaikan laporan singkat donasi korban tsunami Palu, Donggala, Sigi yang digalang oleh anggota INDUK.
Dikatakannya, hingga saat ini terkumpul dana sebesar 2500 euro, dimana separuhnya telah disalurkan di tiga kabupaten dan kepada 500 warga setempat.
Donasi disalurkan langsung dengan bantuan sukarelawan penduduk lokal dalam bentuk bahan makanan, alat kesehatan, popok bayi, peralatan memasak, dan lainnya.