Pabrik Gula Tebu Tabek, Semangat Membangun Ekonomi Secara Swadaya

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

Ia menyebutkan, pabrik gula yang dikerjakan secara swadaya itu telah membantu perekonomian masyarakat setempat. Bekerja secara swadaya yang dimaksud, dimana hasil perkebuna dihantarkan ke pabrik, tanpa harus menerima hasil dari hasil panen tebunya tersebut.

“Untuk menjalankan pabrik ini, bagi yang bekerja tidak harus melamar dan punya persyaratan dan kriteria tertentu. Dikarenakan dikerjakan secara swadaya, tinggal dikoordinasikan saja dengan koperasi yang menjadi penanggungjawab beroperasinya pabrik itu,” katanya, Selasa (2/10/2018).

Menurutnya, untuk menjalankan pabrik ini, terdapat dua orang operator yang ditugaskan di bagian pengawasan proses pemerasan dan pemasakan. Sedangkan tujuh orang lainnya mendapat tugas beragam, mulai dari tukang membelah, menggiling, memasak, dan hingga mencetak gula merahnya.

Setiap harinya pabrik ini mengelola 100 kilogram tebu yang digiling. Dari jumlah itu, turut menghasilnya sekira ratusan kilogram gula merah. Hasil dari pengolahan, KSU mendapatkan jasa Rp5.000 dari setiap belek yang dihasilkan. Dimana dalam satu belek berisi mencapai puluhan kilogram gula merah.

Yenirman mengakui, semenjak adanya pabrik gula tebu itu, turut membantu perekonomian masyarakat dan memberikan lowongan pekerja baru. Apalagi yang bekerja cukup banyak para pemuda dan pemudi setempat.

“Tidak hanya sebagai penyangga kebutuhan finansial, tapi juga mampu menciptakan kerja saling gotong royong, dan mempererat silaturrahmi sesama masyarakat di Tabek,” sebutnya.

Sejumlah tebu telah dionggokan di halaman pabrik tabue yang ada di di Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Tebu ini berasal dari hasil perkebunan masyarakat setempat yang dikerjakan secara swadaya/Foto: M. Noli Hendra
Lihat juga...