Kampung Literasi Tukangan, Budayakan Gemar Membaca

Editor: Satmoko Budi Santoso

Buku-buku itu disebar di sejumlah titik lokasi seperti kantor kelurahan, masjid, hingga balai-balai RW yang ada di 4 lokasi kampung Tukangan.

“Semua buku-buku ini berasal dari sumbangan penerbit. Ada juga yang berasal dari sumbangan Perpustakaan Daerah, Kantor Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah. Karena sejak menjadi kampung literasi kita rutin disuplai buku bacaan,” katanya.

Memiliki hobi membaca sejak kecil, Rini mengaku, berupaya mengenalkan budaya literasi kepada warga di sekitarnya dengan memanfaatkan buku-buku koleksinya. Tahun 2012, sebelum koleksi buku TBM Harapan sebanyak sekarang, ia bahkan rutin meminjam buku ke Perpusda Yogyakarta setiap bulan.

“Jadi setiap 2 bulan sekali kita rutin pinjam buku ke Perpusda. Nanti setelah semua buku selesai dibaca anak-anak dan warga, buku itu kita kembalikan. Lalu kita pinjam lagi buku-buku lain yang belum pernah dibaca. Sayangnya sejak 2015 kita tidak boleh pinjam lagi, sehingga kita mencari buku sendiri baik dengan membeli atau meminta ke penerbit dan sebagainya,” katanya.

Dengan adanya TBM Harapan, dikatakan Rini, secara perlahan budaya literasi masyarakat khususnya generasi muda di kampung Tukangan mulai terbangun. Semakin banyak anak yang gemar membaca buku. Hal itu ditunjukkan dengan cukup tingginya jumlah kunjungan ke TBM Harapan yang mencapai 3500 pengunjung per bulan.

“Sebenarnya minat baca masyarakat kita tidak rendah. Bahkan bisa dikatakan tinggi. Yang perlu kita lakukan hanyalah menyiapkan ketersediaan buku-buku saja. Karena jika minat baca tinggi tapi ketersediaan buku tidak ada kan percuma,” katanya.

Rini mengaku, berupaya menularkan budaya literasi kepada masyarakat di lingkungan sekitarnya, karena menurutnya budaya literasi sangat penting dimiliki masyarakat. Dengan budaya literasi itulah, masyarakat akan memiliki tingkat kecerdasan dan pengetahuan yang semakin baik.

Lihat juga...