Berikan Alternatif, Mekarsari Mulai Gabungkan Tabulampot dan Bonsai
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
JAKARTA — Saat ini Mekarsari merencanakan untuk melakukan diferensiasi produk yaitu penggabungan tabulampot dan bonsai. Salah satu alasannya adalah memberikan alternatif pada masyarakat untuk tetap bisa memiliki tanaman hijau di rumahnya walaupun memiliki keterbatasan tanah.
“Banyak orang yang mengatakan bahwa bonsai itu rumit, padahal sih tidak juga. Hanya membutuhkan proses pruning saja. Media tanamnya masih campuran tanah, pupuk kandang dan sekam,” kata Staf Agro Taman Buah Mekarsari Sodikin, Minggu (28/10/2018).
Selain pruning bonsai juga membutuhkan tindakan untuk menjaga ukuran batang agar tidak membesar.
“Jadi enam bulan sekali, bonsai itu membutuhkan re-poting yaitu penggantian media tanam dan pemangkasan akar, cabang sehingga pohonnya menjadi kerdil. Bunga dan buah masih tetap bisa tumbuh walaupun tidak semaksimal jika tumbuh di habitat aslinya,” kata Sodikin lebih lanjut.
Salah satu yang biasa dibonsai adalah Loa, Cherry Barbados, asam selong. Tapi ada beberapa bonsai yang dilakukan di Mekarsari, tidak mengikuti pakem jenis pohon yang biasa. Misalnya kelapa sawit dan mangga apel, jambu.
Salah satu bonsai kelapa sawit yang ditampilkan di area Nursery adalah 3 pohon kelapa sawit yang hanya memiliki tinggi sekitar 50 centimeter. Padahal jika dalam proses tumbuh sebenarnya sudah mencapai tinggi 2 meter.
“Proses untuk mangga yaitu menggunakan wiring yaitu melengkungkan dahan kerah yang kita inginkan dengan menggunakan kawat,” ujar Sodikin seraya menunjukkan pohon mangga yang dibonsai.
