Akademisi: Terorisme itu Kejahatan Transnasional

Ilustrasi - Personel penjinak bom - Dok CDN

MANADO — Kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) Muhammad Najib Azca menilai isu terorisme tidak dapat diselesaikan satu negera sendiri sehingga sudah sewajarnya konsep Our Eyes disepakati ASEAN.

“Saya kira secara umum positif ya, dalam artian memang kita tidak bisa menyelesaikan isu terorisme sendirian, terorisme itu kan kejahatan transnasional,” kata dia di Manado, Sabtu (27/10).

Terorisme tidak dapat ditangani sendiri, tutur dia, sehingga Indonesia harus bekerja sama dengan negara tetangga dalam konteks penanganan ini, meski informasi utama tetap di Indonesia.

Our Eyes yang akan dijadikan sebagai platform kawasan untuk saling bertukar informasi intelijen yang diawali dari ASEAN dapat memantau mobilisasi aktivitas teroris lintas negara.

Najib menyebut sebagian besar kelompok terorisme di Asia Tenggara berbasis di Indonesia atau dari Indonesia sehingga pemerintah tidak dapat menutup diri untuk mengatasi masalah itu tanpa negara lain.

Selama ini berbagi informasi untuk kontra radikalisme antarnegara ASEAN dinilainya belum efektif. Bahkan untuk dalam negeri pun disebutnya belum menjalankan kebijakan berbagi informasi karena ego sektoral dan kompetisi antarlembaga.

“Selama ini belum efektif, jadi memang platformnya sudah ada, tetapi belum berjalan,” kata Najib.

Untuk itu, agar platform Our Eyes menjadi bentuk nyata, menurut dia kesepakatan tersebut perlu terus dikawal dan didorong agar dapat berbagi informasi secara substansial.

Sementara itu, ia memperkirakan gerakan terorisme di Asia Tenggara paling berdinamika di Indonesia, yakni Poso dan NTB dan Filipina, berikutnya Thailand bagian selatan.

Lihat juga...