Yang Masih Dicekam Gelap di Tepi Kemusuk

OLEH THOWAF ZUHARON

Bambang Sarwono, Lurah Argomulyo saat ini – Foto: Ist

Bambang Sarwono pernah menghitung, jika rumah keluarga besar Joyo Loso harus disambungkan ke rumah terdekat yang dialiri listrik, butuh 8 tiang listrik untuk mencapai Ndhung Kranthil. Perkiraan biayanya bisa mencapai 115 juta rupiah, sehingga PLN tidak sanggup untuk mensubsidi pembangunan tiang listrik menuju kawasan Ndhung Kranthil.

Dengan biaya sebanyak itu, Pemerintah Kelurahan Kemusuk masih belum sanggup memenuhi anggaran tersebut untuk mengaliri listrik di kawasan Ndhung Kranthil. Tapi, Bambang terus berupaya membawa persoalan ketiadaan listrik keluarga Joyo Loso ini di forum pemerintahan Kelurahan maupun Kecamatan. Ia juga berupaya meminta bantuan kepada Badan Zakat Infak Sodaqoh (BAZIS) wilayah Kemusuk. Namun, BAZIS Kemusuk pun masih belum sanggup jika biayanya harus semahal itu.

Ketika Bambang Sarwono mengadu kepada Pemerintahan Kecamatan Sedayu, mereka angkat tangan dengan biaya tersebut. Pemerintah Kabupaten Bantul masih belum bergeming atas fakta ini. Para wakil rakyat di Bantul dan Provinsi DIY pun hanya bisa janji terus menerus, tanpa pernah merealisasikan sama sekali atas bantuan tiang-tiang dan kabel listrik tersebut. Kantor Pertamina yang berada di wilayah Sedayu, juga belum peduli dengan kondisi ini. “Saya berharap, ada para dermawan yang mau menolong anak cucu Pak Joyo Loso untuk membangunkan fasilitas listrik. Anak-anak yang masih sekolah tersebut, juga merupakan warga negara Indonesia yang berhak mendapat listrik untuk menunjang belajar,” kata Bambang yang juga asli kelahiran Kelurahan Argomulyo.

Listrik dari Biogas sebagai Solusi Ekonomis dan Ramah Lingkungan

Persoalan ketiadaan listrik PLN di rumah keluarga besar Joyo Loso, coba dijawab Dr. Sri Wahyuni, pakar biogas, kandidat anggota Dewan Pakar Partai Berkarya yang telah bekerja sama dengan Ketua Umum Partai Berkarya H. Hutomo Mandala Putra, S.H., dalam pengembangan biogas untuk mencukupi kebutuhan energi rumah tangga di kawasan terpencil dan terpelosok. “Kotoran sapi, domba, dan ayam, bisa diolah menjadi biogas,” ujar Sri sembari menunjuk tabung digester berwarna biru.

Lihat juga...