Tabur Puja, Solusi Perajin Wayang Dusun Cabeyan
Editor: Mahadeva WS
YOGYAKARTA – Dusun Cabeyan, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sejak lama dikenal sebagai salah satu kawasan penghasil kerajinan wayang kulit. Namun seiring perkembangan zaman, predikat tersebut semakin pudar dan menghilang.
Minimnya peminat, sulitnya pasar, hingga semakin mahalnya harga bahan baku, menjadi faktor penyebab perajin wayang skala kecil di dusun tersebut, mengentikan produksi dan memilih beralih ke profesi lain. Hal itu diakui salah seorang pengrajin wayang skala rumahan yang masih tersisa di dusun Cabeyan, Sartinem (56).
Bersama suaminya, Sartinem masih tetap memilih menggeluti usaha kerajinan wayang. Hal itu didorong keinginan tetap melestarikan budaya leluhur. Terlahir dari keluarga pembuat kerajinan wayang, Dia merupakan satu-satunya anak yang hingga kini masih setia meneruskan usaha keluarga tersebut. “Banyak yang tidak mau menggeluti usaha kerajinan wayang ini karena memang hasilnya minim. Apalagi sekarang hampir semua bahan baku mahal. Jadi butuh modal cukup agar bisa bertahan,” tandasnya, Rabu (26/9/2018).
Beruntung, di Dusun Cabeyan yang ditinggalinya, terdapat Koperasi Tabur Puja, Kelompok Posdaya Angrek. Dengan bantuan modal usaha dari Koperasi Tabur Puja itulah, Sartinem menjalankan usaha kerajinan wayangnya hingga kini. “Saya pinjam modal usaha di koperasi Tabur Puja, ya untuk menjalankan usaha kerajinan wayang ini. Misalnya untuk membeli bahan-bahan seperti cat, cande, brom dan bahan lainnya. Karena terus terang semakin ke sini, harganya semakin naik dan semakin mahal,” tambahnya.
Sartinem memilih meminjam modal usaha di koperasi Tabur Puja, karena sejumlah alasan. Mulai dari persyaratan pencairan yang mudah, bunganya yang ringan, hingga pembayaran angsuran yang bisa dibayarkan ke ketua kelompok di dusunnya. “Untuk usaha kecil seperti punya saya ini, tergolong sangat cocok. Tidak ribet dan bunganya juga kecil. Jadi sangat membantu,” ujarnya.