Sejarah Rumoh Cut Meutia dan Rumoh Aceh di TMII

Editor: Satmoko Budi Santoso

Rumoh Aceh di Anjungan Aceh TMII, Jakarta, Minggu (9/9/2018). Foto : Sri Sugiarti.

“Rumoh ini asli pemberian dari keluarga Cut Meutia, yaitu Cut Nursiah Nurusman untuk dipasang di anjungan Aceh ini. Ini rumah bersejarah, dan Ibu Tien mengucapkan terima kasih kepada ahli waris Cut Meutia,” kata Cut Putri.

Rumah dengan 16 tiang penyangga ini memiliki dua keunikan, pertama pada jendela yang tak punya daun jendela. Jendela di rumah ini bentuknya berupa lubang-lubang ventilasi yang diselingi ukiran di seluruh dindingnya.

Keunikan kedua, yakni bentuk pintunya, mengikuti pakem Rumoh Aceh. Dijelaskan dia, letak pintu rumah adat Aceh umumnya di lantai di ujung tangga, dengan bukaan daun pintu ke arah atas atau dalam. Menyulitkan orang untuk masuk ke dalam rumah, jika tidak menggunakan tangga. Pilihan pintu seperti ini bertujuan untuk keamanan penghuninya.

Rumah Cut Meutia juga memiliki banyak ukiran pada bagian dindingnya yang terbuat dari kayu. Ukiran di rumah ini berupa bunga-bungaan, di antaranya, bungong meulu, bungong jeumpa dan bungong mata ureo.

Rumoh Cut Meutia di area Anjungan Aceh TMII, Jakarta. Foto: dokumen Anjungan Aceh TMII.

Sedangkan untuk warna ukiran disesuaikan dengan warna dasar bangunan, dengan motif ukiran awan beriring atau canek awan yang merupakan lambang kesuburan. Ukiran ini tersaji pada tangga, dinding, dan ruang tengah bangunan.

Sedangkan untuk pintu bangunan rumah Cut Mutia terdapat sebuah lukisan kaligrafi, dan untuk tulak angin serta dinding atas dengan ukiran keurawang memiliki motif sulur-suluran. Konon, selain untuk keindahan juga dapat sebagai ventilasi bagi rumah tersebut.

Lihat juga...