Aktivitas Mencari Ikan Sering Rusak Karang
Editor: Satmoko Budi Santoso
LARANTUKA – Aktivitas mencari ikan saat air laut surut atau biasa dinamakan Bekarang dalam bahasa daerah Flores Timur merupakan aktivitas yang telah dilakukan turun temurun masyarakat. Khususnya di pesisir pantai Kabupaten Flores Timur.
“Memang benar aktivitas ini merusak terumbu karang. Masyarakat berjalan di sepanjang pantai sambil membawa ember dan besi untuk membongkar batu dan karang untuk mencari ikan, gurita atau kerang,” ungkap Wilfridus Niron, Ketua Kelompok Utan Atan, Rabu (19/9/2018).
Dikatakan Frid, sapaannya, saat berjalan keliling pantai, masyarakat sering berjalan di atas karang sehingga membuat karang-karang patah. Bahkan mereka juga membuka batu-batu karang yang jadi tempat persembunyian ikan.
“Aktivitas ini sudah dilakukan secara turun temurun sehingga sulit untuk dilarang apalagi memberikan penyadaran kepada masyarakat agar tidak merusak terumbu karang yang ada,” sesalnya.
Untuk itu, harap Frid, pemerintah dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan harus membuat peraturan atau melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar saat melakukan aktivitas mencari ikan atau Bekarang jangan membuat karang rusak. Sebab butuh waktu lama untuk tumbuh lagi.

“Untuk itu saya berinisiatif menanam karang dengan Kelompok Utan Atan. Saya mengajak para nelayan memberikan pemahaman kepada mereka hingga sadar,” tuturnya.
Lurah Ritaebang, Urbanus Werang, yang ditanya Cendana News mengakui, aktivitas mencari ikan saat air laut surut bukan hanya terjadi di wilayah Kecamatan Solor Barat saja. Tetapi juga di semua wilayah pesisir pantai. Jumlah orang yang melakukan aktivitas setiap hari pun sangat banyak.