Posdaya ‘Pintu Langik’ Terkenal di Solok Selatan

Editor: Koko Triarko

SOLOK SELATAN – Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) ‘Pintu Langik’ (Pintu Langit) di Jorong Sungai Aro, Kecamatan Parik Gadang Diateh, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, selama ini dikenal sebagai Posdaya dengan kegiatan ekonomi kreatif yang menonjol.
Posdaya yang dipimpin tokoh masyarakat setempat berhasil memobilisir 172 kepala keluarga, berhimpun dalam kegiatan Posdaya dengan beragam kegiatan untuk peningkatan kesejahteraan.
Di antara kegiatan yang menonjol adalah usaha ekonomi produktif rumah tangga, berupa pembuatan beragam makanan ringan, yang bahan bakunya banyak terdapat di Solok Selatan.
Bahkan, beragam makanan berupa ripik olahan dari ubi, pisang dan lainnya sudah banyak dipasarkan, memanfaatkan tenaga kerja yang juga bisnisnya beragam makanan disukai masyarakat dan dijamin kehalalannya.
Di samping bergerak dalam usaha ekonomi produktif, Posdaya ini juga memiliki perpustakaan desa, lembaga pendidikan anak usia dini dua unit, bahkan warga setempat yang semula putus sekolah, diusahakan dapat melanjutkan pendidikan melalui paket B dan C.
Berhasilnya Posdaya ‘Pintu Langik’ dengan beragam usaha produktifnya, berkait langsung dengan ketokohan Datuk Bagindo Maradjo. Karena kedekatannya dengan lembaga pemerintahan, seperti Pertanian, Pendidikan, Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta lembaga lainnya, membuat Posdaya ini boleh dikatakan termaju geraknya.
Ketua Umum LKKS Sumatera Barat, Nevi Zuairina, ketika meninjau Posdaya tersebut, mengaku merasa tergugah dengan beragam usaha yang ditampilkan. Ia berharap pada pengurus Posdaya, untuk dapat menularkan usahanya ke Posdaya lainnya yang ada di kawasan di Solok Selatan.
“Saya juga menginginkan supaya Posdaya ‘Pintu Langik’ mampu jadi penggerak wanita mandiri di lingkungan keluarga. Karena hal seperti inilah yang sebenarnya dilakukan oleh Posdaya, yang menjadi ujung tombak terwujudnya masyarakat sejahtera,” katanya, Rabu (22/8/2018).
Menurutnya, walau Posdaya ‘Pintu Langik’ ini terbilang menonjol kegiatannya, tapi jangan sampai merasa puas diri. Hal ini mengingat masih banyak yang perlu dikerjakan. Di antaranya pemanfaatan pekarangan secara maksimal.
Meski sudah ada juga tanaman obat keluarga (TOGA), namun menggerakkan warga Posdaya memaksimalkan pemanfaatan area tanah kosong dengan beragam tanaman sayuran perlu dilakukan. Sebab, Solok Selatan terkenal dengan kesuburan tanahnya. Sebab itu, jangan semua sayuran dibeli dari pasar.
“Kalaulah Posdaya ‘Pintu Langik’ terus secara sukarela meningkatkan usaha produktif anggotanya, percayalah jorong Sungai Aro suatu saat kelak jadi kebanggaan dan percontohan untuk tingkat pemerintahan yang lebih tinggi,” ujarnya.
Nevi juga mengarahkan, supaya khusus berkaitan dengan PAUD, kalau bisa mulai dari sekarang dipikirkan untuk diprogramkan, satu jorong satu PAUD.
Untuk itu, kepada anggota Posdaya di Sumatra Barat, diharapkan menjadi pelopor peningkatan kualitas kaum wanita, sehingga masuk dalam kelompok warga mampu. Hal tersebut untuk mencapai predikat warga mampu tersebut, maka sangat diharapkan kader Posdaya bekerja maksimal dan meninggalkan kemalasan.
“Sebenarnya, sudah banyak wanita yang hebat-hebat, namun jumlahnya belum sebanyak lelaki. Bahkan, di pedesaan sangat diperlukan kerja keras semua kalangan, supaya peran wanita semakin meningkat kualitasnya,” ujar Nevi.
Menurutnya lagi, tidak sulit menciptakan wanita kreatif dan berkualitas itu. Tapi yang penting, wanita harus bekerja seperti kaum lelaki. Bahkan, lanjutnya, zaman sekarang sangat dituntut wanita sama-sama bekerja setara laki-laki.
“Silahkan, apa yang bisa dikerjakan. Pokoknya suami istri tersebut harus sama-sama bertekad bekerja mencari nafkah. Tidak masanya lagi istri hanya di rumah saja. Di sinilah peran Posdaya dalam memberi contoh yang baik, bahwa wanita mampu menyejahterakan kelurganya,” jelasnya.
Minimal, tambahnya, seluruh anggota Posdaya bisa menjadi contoh pemanfaatan pekarangan yang ditanami beragam sayuran. “Sangat janggal rasanya, warga desa yang punya lahan luas ternyata sayuran masih membeli juga tiap hari. Ini menandakan wanita tidak kreatif, dan hal seperti itu tidak dikehendaki lagi,” ujarnya.
Pemerintah setempat juga mengemukakan, keterbelakangan merupakan problema sosial yang belum habis, termasuk di Solok Selatan.
“Beragam program dilakukan, namun permasalahan sosial tetap saja masih muncul. Untuk itu, peran semua pihak perlu terus dibangkitkan, termasuk Posdaya yang sangat diharapkan lebih maksimal lagi kiprahnya di tengah masyarakat,” ulasnya.
Lihat juga...