Pak Harto, Gajah Mungkur dan Mitos Sisifus
Oleh Mahpudi, MT
Sambil berkendara, kami membincangkan pembangunan waduk Gajah Mungkur yang mulai menjauh di belakang sana. Pak Subianto yang bersama kami, adalah saksi hidup yang masih ingat bagaimana prosesi peresmian waduk itu dilakukan oleh Pak Harto.

“Untuk memanfaatkan dan mengembangkan sumber air dari sebuah sungai saja, kita perlukan waktu yang lama, disertai dengan kerja keras dari beribu-ribu orang, serta modal yang besar,” demikian Pak Harto berucap dalam sambutan peresmian bendungan serbaguna Gajah Mungkur di Wonogiri pada 17 November 1981.
Padahal, menurut Pak Harto, pengembangan dan pemanfaatan sumber-sumber air Bengawan Solo ini baru merupakan salah satu dari sekian banyak masalah pembangunan. “Sedang pembangunan yang kita lakukan ini, tidak saja menangani satu atau dua ataupun beberapa masalah, tetapi beratus-ratus bahkan beribu-ribu masalah besar dan kecil. Dan masalah-masalah yang harus kita tangani juga tidak akan pernah selesai, sebab pembangunan selalu membawa persoalan-persoalan dan tuntuan-tuntuan baru,” ujar Pak Harto.
Pak Harto memang sangat peduli dengan permasalahan rakyatnya. Dalam perjalanan incognito yang dilakukan 23 Juli 1970 di sekitar Wonogiri, Jawa Tengah, ia menyaksikan dari dekat bagaimana rakyatnya berjuang mengatasi masalah hidup. Betapa sulitnya penduduk memperoleh air bersih, kekeringan yang menyulitkan petani untuk bercocok tanam, serta ketiadaan sumber listrik bagi kehidupan yang layak.